Kamis, 29 Agustus 2013

4 Kesalahan dalam Mengatur Keuangan


Semua orang pasti pernah mengalami masalah keuangan. Entah itu karena sesuatu hal yang merupakan kesalahan Anda sendiri (seperti terlalu banyak menggunakan kartu kredit untuk berbelanja), maupun akibat kondisi yang datang tiba-tiba dan mendesak sifatnya. Contohnya, Anda mengidap suatu penyakit yang biaya perawatannya benar-benar menguras tabungan Anda.
Namun pada umumnya, setiap orang bisa saja mengalami masalah keuangan akibat kesalahan dalam pengelolaannya. Meski begitu, tidak ada kata terlambat kok, jika Anda ingin memperbaikinya.

Berikut hal-hal mendasar yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam mengatur keuangan:
1. Merasa tak punya waktu untuk mengelolanya
Banyak dari kita yang sering mengeluh tidak punya waktu. Tetapi dari 24 jam dalam sehari yang Anda miliki, benarkah Anda betul-betul tak memiliki waktu? Tentu saja sebenarnya Anda mempunyai waktu; Anda hanya tidak memberikan prioritas untuk menjadwalkan pengelolaan keuangan. Kalau sepulang dari kantor Anda sudah merasa begitu lelah, cobalah menjadwalkan pengelolaan uang ini pada Sabtu pagi. Dari membayar tagihan-tagihan, mencatat berbagai pengeluaran selama seminggu, atau memelajari program-program investasi yang ditawarkan bank. Selalu ingat, semakin Anda menunda pekerjaan ini, semakin sulit Anda menjadikan pembukuan keuangan sebagai kebiasaan Anda.

2. Tidak melakukan perencanaan keuangan
Kata merencanakan keuangan, atau mencatat pengeluaran, sering membuat orang mundur. Memangnya penting ya, mencatat setiap receh yang Anda keluarkan, atau membatasi setiap pengeluaran meskipun itu hanya membeli kopi dan sepotong donat? Mungkin memang tak perlu sejelimet itu. Namun ada cara yang lebih praktis untuk melacak kemana perginya uang Anda. Salah satunya, dengan menggunakan satu amplop selama seminggu atau sebulan, seperti saat Anda mendapat uang saku mingguan dari orangtua Anda.
"Cara itu masih pantas dilakukan untuk mengetahui berapa yang Anda habiskan dalam seminggu atau sebulan, dan ini bisa diterapkan untuk seluruh anggota keluarga, dari Anda, suami Anda, anak-anak," kata Peter Sander,  penulis buku The Pocket Idiot's Guide to Living on a Budget.
Terserah bagaimana Anda menggunakan uang tersebut, apakah untuk membeli pulsa, makan siang di kantor atau di luar kantor, atau hanya untuk transportasi. Kemudian, siapkan pula amplop untuk jajanan di luar kebutuhan tersebut, seperti membeli kopi, cemilan, majalah, atau apapun. Syaratnya, batasi pengeluaran Anda sebanyak uang yang terdapat di dalam amplop. Jangan menambahkan uang ke dalam amplop, seolah-olah amplop tersebut adalah ponsel yang pulsanya harus diisi ulang.
3. Terlalu banyak -atau terlalu sedikit- utang
Siapa bilang utang itu selalu berakibat negatif? Utang tidak akan menghancurkan hidup Anda jika Anda bisa memanfaatkannya untuk kehidupan Anda selanjutnya. Dengan utang, Anda bisa melanjutkan sekolah, bisa membeli apartemen yang kemudian Anda sewakan (sehingga pembayaran sewa bisa Anda gunakan untuk membayar cicilannya), bahkan bisa menyediakan modal usaha untuk Anda. Takut berutang kadang-kadang bisa membuat Anda kehilangan kesempatan; namun terlalu banyak berutang -apalagi jika utang tersebut melebihi kemampuan Anda untuk membayar cicilannya- bisa mengakibatkan kekacauan dalam kondisi keuangan Anda.
4. Bergantung pada asuransi
Anda menyadari bahwa saat ini orang Indonesia sudah mulai "insurance minded". Anda lega karena sudah membeli sebuah produk asuransi jiwa sejak 10 tahun lalu, yang preminya masih harus Anda bayarkan selama 20 tahun ke depan. Anda tidak ingin membeli produk asuransi ataupun investasi lainnya, karena merasa tanggung jawab Anda untuk menyediakan suatu bentuk pengamanan terhadap hidup Anda telah dilakukan. Sayangnya, Anda lupa mempertimbangkan, inflasi bisa menyebabkan pembayaran manfaat asuransi 20 tahun mendatang mungkin sudah tidak terlalu besar nilainya. Apalagi jika Anda memilih produk asuransi dengan nilai premi terendah.


Kompas.com : Sherly Lunardi

Selasa, 27 Agustus 2013

Mengerti Fungsi Asuransi Dalam Rencana Keuangan



Asuransi memiliki fungsi proteksi. Ibarat sebuah payung besar yang kita bisa bawa ke mana-mana. Saat tidak digunakan, payung ini tetap siap sedia melindungi jika sampai terjadi hujan.

Setiap rencana keuangan yang baik harus memiliki rekomendasi proteksi. Dalam hal ini Asuransi berperan serta untuk memastikan tidak ada skenario negatif yang dapat menggagalkan implementasi Rencana Keuangan. 

Ada 4 skenario yang perlu kita cermati. Keempat skenario ini dapat menyebabkan kesulitan finansial atau menggagalkan implementasi Rencana Keuangan.

Kamis, 15 Agustus 2013

Strategi Siapkan Dana Pendidikan




Banyak rekan bertanya kepada saya tentang asuransi pendidikan. Mereka ingin asuransi yang memberikan sejumlah uang ketika anaknya masuk sekolah (TK, SD, SMP, SMA, PT). Dasar alasannya saya kagumi, yaitu bahwa mereka lebih mementingkan anak daripada diri mereka sendiri.

Tapi sebenarnya ada yang lebih penting ketimbang persiapan dana pendidikan anak, yaitu proteksi jiwa dan kesehatan untuk orangtua. Dasar pemikirannya begini: sepanjang orangtua sehat dan selamat dan masih hidup, dana pendidikan anak bisa diperoleh dengan cara lain dan dari mana saja asalkan berusaha. Tapi jika orangtua tidak sehat atau tidak selamat, bisa-bisa dana pendidikan yang telah dipersiapkan pun akan terpakai untuk biaya berobat orangtua.

Dengan kata lain, ungkapan kasih sayang kepada anak justru lebih tepat disalurkan lewat asuransi jiwa. Dengan asuransi jiwa, orangtua memikirkan kepentingan anak bukan hanya ketika ia sehat dan selamat dan hidup, tapi juga jika ia tak berdaya dan bahkan jika ia terlalu cepat menghadap Sang Pencipta.

Intinya:   proteksi harus didahulukan daripada investasi.

 Inilah alur perencanaan keuangan yang benar.

Namun tidak mudah memberikan pengertian ini kepada para orangtua yang “sangat peduli anak” itu. Belum lagi jika mereka meminta asuransinya atas nama anak. Maka ini kekeliruan lain lagi yang kadarnya lebih besar. Setiap asuransi pendidikan pada hakikatnya adalah asuransi jiwa, hanya ada nilai tunainya, sedangkan anak tidak butuh asuransi jiwa karena dia belum memiliki risiko finansial. Orangtua atau kerabat lain tidak akan disusahkan keuangannya jika anak meninggal dunia. Selain itu peluang meninggalnya anak sangat kecil. Jadi tidak usahlah dia dibelikan asuransi jiwa. Yang butuh asuransi jiwa adalah orangtua (ayah atau ibu jika bekerja), karena risiko meninggalnya orangtua dapat mengakibatkan kesulitan keuangan pada keluarga yang ditinggalkan.

Siapa Saja Yang Perlu Proteksi Asuransi Jiwa?




Selama pencarian saya terhadap asuransi jiwa yang tepat, saya belajar banyak hal dan menemukan informasi dari para Penasehat Keuangan terkenal, bahwa : hanya pencari nafkah utama yang wajib memiliki proteksi Asuransi Jiwa. Pertimbangannya adalah: ekonomi keluarga akan terganggu apabila terjadi resiko pada pencari nafkah utama. Sedangkan anak kecil, remaja, lajang yang bekerja, dan orang tua yang memasuki masa pensiun tidak perlu asuransi jiwa.

Apabila mengacu secara definisi “asuransi jiwa diperlukan untuk melindungi perekonomian keluarga yang terganggu”, pertimbangannya tentu akan berbeda apabila terjadi kasus seperti di bawah ini.

Contoh: 

Punya polis Asuransi Jiwa, buat apa sih?





1. Melindungi keluarga dari kehilangan penghasilan jika pencari nafkah utama meninggal dunia. (Ingat, malaikat Izrail tidak pernah menghitung usiamu).

Ini fungsi pokok dari asuransi jiwa. Selama kita punya tanggungan nafkah (pasangan, anak-anak), selama itu pula kita masih butuh asuransi jiwa.
Agar asuransi jiwa mampu memainkan fungsinya sebagai ganti penghasilan, maka uang pertanggungan (UP) jiwa harus cukup besar untuk memberikan bunga/retur sebesar gaji per bulan jika didiamkan di deposito, obligasi/sukuk, atau reksadana pendapatan tetap.

2. Melindungi keluarga dari beban utang.

Mungkin rumah yang kita tempati, kendaraan yang kita pakai, barang-barang yang kita miliki, dan lain-lain, sebagian atau seluruhnya diambil dari utang. Utang adalah warisan terburuk yang mungkin diberikan seorang suami dan ayah. Utang bukan hanya membebani keluarga yang ditinggalkan, tapi juga orang yang mewariskannya, sebab di akhirat pun utang tidak akan dianggap lunas begitu saja.
Agar asuransi jiwa berperan membebaskan keluarga dari utang, maka UP jiwa minimal harus sama besar dengan utang yang dimiliki keluarga itu.

3. Memberikan sejumlah warisan yang berharga untuk anak-anak.

Para perencana keuangan kerap menyarankan batas masa kontrak asuransi jiwa hanya sampai tahap ketika anak-anak sudah mandiri atau sampai utang terlunasi. Mungkin ini yang wajibnya.

MILIKI ASURANSI BERDASARKAN PRIORITASNYA !





Prioritas asuransi diukur dari dampaknya pada keuangan kita, bukan dari frekuensi kejadiannya. Ada yang kejadiannya sering, misalnya pilek atau batuk biasa, tapi karena dampak keuangannya kecil, tanpa asuransi pun tak masalah. Tapi ada peristiwa yang kejadiannya mungkin hanya sekali, namun bekas yang ditinggalkannya tak terhapuskan seumur hidup, baik dari segi fisik maupun keuangan.
Jika akibat dari satu kejadian itu membuat seseorang langsung jatuh dalam kemiskinan, aset-aset terjual atau tergadai, terjerat dalam belitan utang, sumber penghasilan terputus, hingga keluarga terbenam dalam kesedihan dan kehinaan, maka risiko itulah yang harus kita prioritaskan untuk diasuransikan.
Ketika kita memutuskan untuk berasuransi, berpikirlah – walau sejenak saja – untuk risiko-risiko yang paling buruk. Yaitu risiko-risiko yang butuh biaya sangat besar.

Apa saja?
Berdasarkan dampak keuangannya dan preminya, setidaknya ada 4 jenis proteksi yang merupakan prioritas untuk dimiliki, yaitu asuransi yang menanggung risiko meninggal dunia, rawat inap, penyakit kritis, dan cacat. Jika anda telah memiliki empat proteksi ini, silakan mau nambah asuransi lain juga (rumah, mobil, rawat jalan, rawat gigi, persalinan, dll), kalau memang ada dananya.


Asuransi Meninggal Dunia

Asuransi yang menanggung risiko meninggal dunia menjadi prioritas pertama karena: selama masih hidup, akan selalu ada harapan. Tapi jika sudah dijemput maut, tak ada lagi yang bisa dikatakan.
Asuransi jiwa wajib bagi pencari nafkah dalam keluarga, biasanya ayah, dan juga ibu jika bekerja. Jika dana yang tersedia terbatas, inilah yang harus dibeli terlebih dahulu.
Kematian seorang ayah atau ibu berdampak pada putusnya sumber penghasilan karena tidak ada lagi orang yang mencarikan nafkah untuk keluarga. Kesedihan paling besar dialami oleh si anak. Terkadang dia harus dipelihara di rumah saudara atau bahkan dititipkan di panti asuhan. Tentunya kita tidak mau anak kita merepotkan orang lain, bukan?

Asuransi Kesehatan Rawat Inap

Setelah proteksi dasar terpenuhi, prioritas berikutnya adalah asuransi kesehatan rawat inap untuk seluruh anggota keluarga. Produk asuransi kesehatan ada yang dipasangi rider (proteksi tambahan) rawat jalan, rawat gigi, atau persalinan. Tapi yang prioritas hanyalah rawat inap. Yang lainnya terlalu mahal untuk dibeli, sementara manfaatnya tak seberapa, dan tanpa asuransi pun masih bisa ditanggulangi.

Asuransi kesehatan rawat inap memberikan penggantian biaya pengobatan sesuai yang dijanjikan dalam polis jika peserta mengalami rawat inap di klinik atau rumah sakit. Biaya pengobatan penyakit yang memerlukan rawat inap sangat bervariasi tergantung penyakitnya, tapi pada umumnya cukup memberatkan jika harus ditanggung sendiri.

Saat ini sebagian besar orang telah memiliki askes rawat inap. Mereka yang bekerja di sektor formal (PNS, Polri, TNI, dan karyawan swasta), boleh dikata semuanya telah memiliki askes. Sedangkan untuk masyarakat secara umum, khususnya kalangan menengah-bawah, pemerintah telah menyediakan berbagai jaminan kesehatan melalui program semacam Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat), Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah), Jamkesos (Jaminan Kesehatan Sosial), Jampersal (Jaminan Persalinan), KJS (Kartu Jakarta Sehat), hingga BPJS (Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial).
Oleh karena itu, jika anda beruntung termasuk pemilik askes (apa pun jenis dan namanya), anda dapat melewatkan bagian ini dan melanjutkan ke prioritas asuransi berikutnya.

Asuransi Penyakit Kritis

Dari segi dampak keuangan, penyakit kritis dapat menimbulkan dampak yang lebih besar ketimbang kematian. Apalagi jika penyakit kritis tersebut berlangsung berkepanjangan atau tidak tersembuhkan, yang repot bukan hanya penderita, tapi juga keluarga, para kerabat, hingga teman-temannya. Contohnya, orang yang terkena stroke, jika tidak sembuh, dia jadi lumpuh dan tidak bisa bekerja seperti sebelumnya. Tapi dia harus tetap berobat sementara biaya hidup tak bisa ditunda pemenuhannya.

Sayangnya banyak yang belum menyadari pentingnya proteksi penyakit kritis. Mereka merasa asuransi kesehatan saja sudah cukup. Mungkin jika askesnya berkategori premium, biaya ratusan juta hingga miliaran bisa ditanggung, tapi askes premium harganya tak akan terjangkau oleh kebanyakan orang. Dan sebagus-bagusnya askes, tak ada yang memberikan uang tunai untuk nasabahnya. Padahal orang yang terkena penyakit kritis, dia bukan hanya butuh penggantian biaya pengobatan, tapi juga sejumlah uang untuk biaya hidup dan lain-lainnya.

Proteksi penyakit kritis tidak dimaksudkan untuk menggantikan asuransi kesehatan. Proteksi penyakit kritis menambal apa yang tidak dapat diberikan askes, yaitu uang tunai dalam jumlah besar (ratusan juta hingga miliaran rupiah).


Asuransi Cacat (Sebagian maupun Total, karena Sakit ataupun Kecelakaan)

Cacat bisa disebabkan kecelakaan ataupun penyakit. Dalam hal cacat tetap total, kejadian ini sama akibatnya dengan meninggal dunia dan beberapa jenis penyakit kritis, yaitu putusnya penghasilan karena tidak mampu lagi bekerja.

Di sini, tersedia dua proteksi yang penting, yaitu ADDB (Accident Death and Disability Benefit) dan TPD (Total Permanent Disability). ADDB menanggung risiko cacat (sebagian maupun total) akibat kecelakaan, sedangkan TPD menanggung risiko cacat total akibat sakit maupun kecelakaan.



Jangan buang waktu Anda untuk terus mencari.  Apabila Anda setuju dengan artikel ini, artinya Anda harus segera ambil TAPRO Allisya, karena semuanya ada disini.

Yuk hubungi saya untuk mendapatkan penawaran solusi terbaik sesuai kebutuhan dan kemampuan financial Anda.





Estri Heni

0817 028 4743

2a0897cb

henibisnis@gmail.com