Selasa, 17 Desember 2013

Fungsi Investasi pada Unit Link

m
 


1. Membayar biaya-biaya asuransi

Ini adalah fungsi dasar dari unsur investasi pada unit link. Biaya-biaya asuransi unit link meliputi biaya akuisisi (dikenakan di 5 tahun pertama), administrasi, tabarru atau cost of insurance, dan biaya pengelolaan investasi.

2. Membuat premi menjadi flat

Pada unit link, pada awalnya kita membayar premi lebih besar dari biaya-biaya asuransinya. Tapi hal ini akan meringankan kita di masa depan, karena nilai investasi yang terbentuk akan membayari biaya-biaya asuransi sehingga premi menjadi flat (tetap, tidak naik) sampai akhir masa kontrak. (Contoh penggunaan fungsi ini bisa dilihat di 355 Ribu Per Bulan Dapat UP 1 M, Mau?)

3. Memperpendek masa pembayaran premi

Dengan adanya unsur investasi yang berfungsi membayari biaya-biaya asuransi, maka masa pembayaran pun bisa menjadi lebih pendek. Dengan pengaturan premi dasar dan top up yang tepat, masa bayar unit link bisa direncanakan agar cukup 10 tahun. Seterusnya proteksi akan terus berjalan bersamaan dengan berkembangnya nilai investasi.

4. Mengembangkan dana

Selayaknya investasi lainnya, investasi pada unit link pun merupakan satu bentuk pengembangan dana agar tumbuh berlipat ganda dari modal awal. Jika unit link ditujukan untuk mengembangkan dana, maka alokasi premi top up harus diperbesar.

Senin, 09 Desember 2013

Kecelakaan KRL di Bintaro 9 Desember 2013



Kecelakaan antara KRL dengan truk yang memuat 24.000 liter bahan bakar ini terjadi tadi siang.  Info lengkapnya silahkan googling saja, atau silahkan baca disini dan disini.

Saya turut berduka cita bagi para korban. 

Kejadian ini mengingatkan kita pada tragedi Bintaro 1987.  Saat itu saya sih masih SD, jadi tidak paham.  Cuma yang saya tau, kejadian tersebut menghebohkan, sampai menginspirasi Iwan Fals untuk membuat lagu, dan juga menginspirasi sineas pada masa itu untuk membuat film nya.

Kejadian kali ini juga rasanya sangat menghebohkan.  Hampir seharian sebuah stasiun tivi terus menayangkan perkembangan beritanya.  Kebanyakan korban menderita luka bakar, beberapa orang yang meninggal seketika.  Usia korban kebanyakan masih produktif, antara 25-35 tahun.  Siapa yang menyangka?

Didukung kecanggihan teknologi, ramai juga bbm dari teman-teman di grup.  Kebetulan ada 1 teman saya.  Beliau adalah istri dari seorang masinis (yang alhamdulillah bukan masinis dari kereta tersebut).  Jadi seharian ini beliau juga jadi orang yang paling semangat beropini.

Dari percakapan kami di grup bbm, ada 1 kalimat dari beliau yang ingin saya garis bawahi yaitu:  "meninggal dalam kerja kalau masih utuh masih enak dilihat.... kalau hangus terbakar tanpa bentuk, gimana perasaan istri-istrinya?"

Ya, benar... Gimana perasaan para istri korban tersebut....

Saya pribadi pernah ada di posisi "perasaan ditinggal Ayah yang meninggal dalam kerja karena kecelakaan luka bakar 90%, kondisi utuh" saja, rasanya sudah seperti itu yaaa...

Jujur saja, waktu itu perasaan yang muncul lebih kepada: adanya kekuatiran menghadapi masa depan...  Bagaimana biaya hidup harian keluarga? Biaya kuliah adik saya kelak dapat darimana?  Bagaimana kelanjutan hidup kami sekeluarga? dan bagaimana..bagaimana.. lainnya...
Banyak sekali kekuatiran, keraguan, kegalauan dan ketakutan yang muncul...
Belum lagi kita sekeluarga harus menata hati..yang pastinya tidak bisa instan hasilnya... Amat sangat perlu waktu...

Yah, begitulahh hidup...  Kita tidak pernah tau...

                                                                     ***



Ketika resiko itu datang, pilihannya cuma 2:
mau pakai duit sendiri ATAU dibayarin asuransi?

Seandainya saja, para korban tersebut punya proteksi asuransi jiwa di Allianz Syariah, dengan produk Allisya protection Plus :

kondisi pria usia produktif 30 tahun, bekerja dalam ruangan, dengan premi hanya 600 ribu perbulan,  manfaat proteksi yang didapat:

http://myallisya.files.wordpress.com/2012/11/tabel-25-m.jpg?w=660

Bagi ahli waris yang ditinggalkan, akan dapat pertanggungan sebesar 1 Miliar.
Bagi korban kecelakaan akan dapat pertanggungan sebesar 500 juta, dan untuk luka bakarnya (termasuk salah 1 dari 49 sakit kritis yang di-cover Allianz) akan dapat pertanggungan sebesar 500 juta.
Keterangan lengkap tabel manfaat ini bisa dibaca disini.



Keluarga yang ditinggalkan butuh perjuangan hidup dari nol lagi karena kehilangan pencari nafkah.  Percayalah, menata hati itu tidak bisa terjadi secara tiba-tiba!

"Sungguh, meninggalkan ahli waris berkecukupan itu LEBIH BAIK daripada berkekurangan, sehingga mereka meminta-minta (HR Bukhari)"


Selasa, 26 November 2013

6 Kesalahan Keuangan Yang Dilakukan Orangtua Baru



Saat pasangan memutuskan untuk memiliki anak, artinya mereka sudah sadar konsekuensi yang akan didapat terutama dalam hal keuangan. Sayangnya para orangtua baru sering melakukan enam kesalahan keuangan berikut ini.

Saat baru memiliki bayi, Anda dan pasangan tentu tengah dilimpahi kebahagiaan. Perhatian Anda dan suami juga seringkali hanya fokus pada kebutuhan utamanya, seperti susu, pakaian, popok dan makanannya.

Dengan segala kesibukan dalam mengurus bayi itu, Anda dan suami pun jadi melupakan kalau si kecil juga perlu dipikirkan perencanaan keuangannya. Kenapa perencanaan keuangan ini penting dipikirkan sejak dini, agar masa depan anak nantinya lebih terjamin.

Sayangnya tidak sedikit orangtua yang melakukan kesalahan keuangan saat baru memiliki bayi. Berikut enam kesalahan itu seperti dikutip dari MSN:

1. Tidak Punya Asuransi Jiwa

Ketika Anda dan pasangan menjadi orangtua, memiliki asuransi jiwa sangat diperlukan. "Jika salah seorang dari Anda meninggal, Anda harus memastikan kebutuhan yang ditinggalkan tetap bisa terpenuhi," ujar ahli perencanaan keuangan asal California, Lynn Ballou.

Ballou menambahkan meskipun Anda atau pasangan sudah mendapatkan asuransi jiwa dari kantor, hal itu tetap belum cukup. Ia pun menyarankan belilah produk asuransi saat Anda dalam kondisi sehat, jangan menunggu sakit karena akan lebih mahal.

2. Membeli Asuransi Jiwa untuk Bayi

Marilyn Capelli, ahli perencanaan keuangan asal Michigan mengatakan membeli asuransi jiwa untuk bayi sebenarnya tidak perlu dilakukan. "Anda membeli asuransi jiwa untuk seseorang hanya jika meninggalnya orang itu membuat kondisi keuangan memburuk," katanya.

Asuransi jiwa untuk bayi perlu dimiliki jika memang anak memiliki kondisi kesehatan yang tidak baik. "Jarang sekali anak sehat akan memiliki masalah kesehatan saat dewasa," ujar Capelli.

3. Menunda Menabung untuk Kuliah Anak

Tidak sedikit orangtua yang mulai menabung untuk biaya kuliah saat anak memasuki usia SMA. Jika hal itu dilakukan, sudah sangat terlambat.

"Waktu terbaik untuk memulai adalah saat anak baru lahir," tutur ahli perencanaan keuangan asal Maryland, Amerika Serikat.

Sekarang ini ada berbagai cara untuk mulai mengumpulkan uang yang akan dipakai sebagai biaya kuliah anak. Selain dengan menabung, Anda juga bisa melakukannya dengan berinvestasi. Namun yang perlu diingat, setiap investasi baik itu emas atau reksadana memiliki risiko masing-masing.

4. Melupakan Dana Pensiun

Saat Anda dan pasangan menabung untuk biaya kuliah anak, Anda merasa keuangan Anda di masa depan sudah aman. Anda dan suami pun jadi lupa kalau sebenarnya setiap pasangan seharusnya juga memikirkan dana pensiun.

"Menabung untuk dana pensiun seharusnya adalah yang pertama dilakukan, dana kuliah di urutan kedua," jelas Ballou. "Anda, suami dan anak bisa memikirkan cara lain bagaimana bisa tetap sekolah. Akan lebih buruk jika anak Anda malah harus membiayai Anda saat Anda dan suami pensiun," tambahnya.

5. Boros Dalam Hal Berbelanja Kebutuhan Bayi

Semakin tinggi pendapatan, semakin besar juga pengeluaran Anda dan pasangan untuk membesarkan anak. Menurut data dari Department of Agriculture di Amerika Serikat, pada 2003, seorang anak yang lahir di 2003 dengan pendapatan orangtuanya lebih dari US$ 65.400 setahun, pengeluaran untuk membesarkannya butuh uang lebih dari US$ 344 ribu. Uang tersebut hanya cukup untuk si anak sampai berusia 18 tahun.

Maryland berpendapat, banyak orangtua berpikir apa yang mereka keluarkan untuk anak semuanya memang penting. Padahal sebenarnya tidak. Faktanya, tidak sedikit orangtua yang mengakui mereka cukup boros di tahun pertama kelahiran dan sebelum si bayi lahir.

"Orangtua baru berpikir mereka membutuhkan semuanya, ingin semuanya sempurna, dan tidak memikirkan biayannya," ujar Maryland.

Oleh karena itu sebelum mulai membeli perlengkapan anak, orangtua baru seharusnya membuat rencana pengeluaran. Anda dan pasangan juga jangan malu untuk memakai barang bekas untuk perlengkapan tertentu seperti stroller dan tempat tidur. Yang perlu diingat, perlengkapan yang dibeli tersebut sebagian besar hanya terpakai selama setahun. Untuk baju malah tidak sampai setahun, Anda sudah harus membelinya lagi.

6. Bekerja atau Jadi Ibu Rumah Tangga?

Beberapa wanita tidak cukup bijak menjawab pertanyaan ini. Tanpa pertimbangan matang, ada yang memilih berhenti bekerja karena ingin sepenuhnya mengasuh si kecil.

Jawaban pertanyaan tersebut sebenarnya mudah saja. Jika pendapatan pasangan cukup untuk memenuhi pengeluaran untuk anak, menjadi ibu rumah tangga tentu pilihan yang baik.

Namun sebelum memutuskan, ada beberapa faktor keuangan yang perlu diperhatikan. Salah satu yang penting adalah keuntungan yang didapat dari kantor jika Anda bekerja, seperti biaya kesehatan anak.

"Buatlah perbandingan apa saja keuntungan dari Anda bekerja atau tidak. Pikirkan juga bagaimana pengeluaran lainnya bisa terpenuhi," ujar Downey.



sumber:
http://www.wolipop.com/read/2011/09/02/124023/1714620/1133/6-kesalahan-keuangan-yang-dilakukan-orangtua-baru
.





Belum punya asuransi jiwa?
Pertimbangkan untuk buka polis Alliya Protection Plus dengan manfaat ini.

Hubungi Estri Heni untuk permintaan ilustrasi Anda.

Selasa, 12 November 2013

Rawat Jalan Itu Tidak Perlu Pakai Asuransi



Dialog berikut ini saya tujukan untuk mereka yang suka menanyakan asuransi rawat jalan. Semoga bermanfaat.

Z          : Aku baca di tulisan “Asuransi Rawat Jalan, Perlukah?”, katamu asuransi rawat jalan itu tidak perlu. Kenapa emangnya?
A          : Lho, katanya udah baca, kok nanya lagi?
Z          : Sori, cuma pengen denger langsung dari orangnya.
A          : Oke. Menurut kamu, sakit yang bisa berobat jalan itu sakit kayak apa?
Z          : Hmm, yang aku pernah alami sih, batuk pilek sama demam. Tadinya pakai obat warung, udah tiga hari gak berenti. Trus aku pergi ke Rumah Sakit. Diperiksa-periksa sama dokter, dikasih obat, habis itu mendingan.
A          : Habis berapa waktu itu berobatnya?
Z          : Buat dokternya 175 ribu, obatnya 90 ribu. Total 265 ribu.
A          : Punya gak uang segitu?
Z          : Ada sih.
A          : Nah, berarti gak perlu pakai asuransi kan?
Z          : Tapi kan, kalau ada asuransi lebih enak.
A          : Jadi asuransi itu buat cari enak?
Z          : Emangnya buat apa?
A          : Asuransi itu untuk cari perlindungan. Perlindungan keuangan dari hal-hal yang tidak sanggup kita tanggung.
Z          : Oo gitu ya. Soalnya aku punya temen, kalau berobat jalan gitu tinggal kasih kartu, pulang gak pake bayar.
A          : Temenmu itu dapat asuransi rawat jalan dari mana?
Z          : Dari kantornya.
A          : Nah, kalau ada dari kantor ya alhamdulillah, tinggal dipakai saja.
Z          : Aku gak ada rawat jalan dari kantor. Adanya cuma rawat inap.
A          : Kalau gak ada, gak usah repot nyari-nyari. Toh pakai uang sendiri pun sanggup, iya kan?
Z          : Iya sih. Tapi kamu jual kan askes rawat jalan?
A          : Ada. Tapi kalau mau ambil rawat jalan, harus ambil rawat inap. Jadi kamu punya askes rawat inap dari kantor, bisa mubazir. Kalau kamu pakai askes dari kantor dulu, askes sininya yang mubazir karena yang namanya askes kalau pakai kartu dia gak bisa dobel klaim.
Z          : Oo gitu ya. Kalo preminya sendiri gimana?
A          : Kalau rawat inap, preminya murah manfaatnya lumayan. Tapi rawat jalan itu preminya mahal banget, manfaatnya kecil.
Z          : Berapa?
A          : Contoh, kalau rawat inap, untuk dapat plan kamar yang 500 ribu sehari, preminya 2,3 juta per tahun. Tapi rawat jalan untuk plan yang sama, preminya 3,2 juta per tahun. Total kalau ambil rawat inap + rawat jalan, preminya 5,5 juta per tahun. (Cek di Tabel Premi Allisya Care)
Z          : Wah, mahal juga ya. Lalu manfaatnya segimana?
A          : Untuk rawat jalan plan 500, manfaatnya untuk konsultasi dokter umum 85 ribu per kunjungan, dokter spesialis 175 ribu per kunjungan, obat-obatan 4 juta per tahun, ada lagi untuk pemeriksaan diagnostik dan fisioterapi. Dan semua itu sistemnya reimburse, bayar dulu baru klaim. Selain itu, yang ditanggung asuransi cuma 80%, sisanya ditanggung sendiri (co-share, bagi risiko). (Cek di Tabel Manfaat Allisya Care).
Z          : Wah, jadi total manfaatnya untuk obat-obatan 4 juta ya? Gak jauh beda sama preminya ya.
A          : Emang. Kalo menurutku, daripada uang 3,2 juta itu disetorkan ke asuransi, mendingan dijadikan dana darurat. Sewaktu-waktu kena pilek trus ke dokter, tinggal pakai. Yakin deh, dalam setahun gak bakal habis kalau cuma utk rawat jalan.
Z          : Hmm, betul juga sih. Oke deh terima kasih.
A          : Sama-sama, terima kasih kembali :) .


Asuransi Rawat Gigi, Kacamata, dan Melahirkan
Z          : Nanya lagi boleh?
A          : Ya silakan, kawan.
Z          : Kalau rawat gigi gimana, perlu gak pakai asuransi?
A          : Prinsipnya sama. Biaya rawat gigi berapa sih? Kalau masih mampu pakai uang sendiri, kenapa repot-repot pakai asuransi?
Z          : Oo gitu. Kalau rawat kacamata?
A          : Itu sih lebih-lebih lagi gak perlu asuransi. Emangnya dalam setahun berapa kali ganti kacamata? Dan harga kacamata berapa sih?
Z          : Hmm, gitu ya. Kalau untuk melahirkan, gimana?
A          : Menurut saya juga tidak perlu. Pertama, melahirkan itu bukan musibah, tapi anugerah. Asuransi itu fungsinya untuk jaga-jaga dari musibah, khususnya musibah yang biayanya berat kalau ditanggung sendiri. Kedua, biaya melahirkan itu relatif tidak besar. Kalau mau melahirkan di bidan, biayanya paling cuma 1 jutaan. Kalau di rumah sakit, lahir normal tak sampai 10 juta. Masih bisalah pakai uang sendiri, asalkan disiapkan dari awal kehamilan.
Z          : Kalau cesar gimana?
A          : Ya siapkan juga antisipasi dananya untuk lahir cesar. Alasan ketiga, premi asuransi melahirkan itu mahal sekali. Misal ingin ditanggung sebesar 10 juta (lahir normal) atau 20 juta (lahir cesar), maka preminya 10 jutaan per tahun. (Cek Tabel Manfaat dan Tabel Premi di atas).
Z          : Hmm, kalau punya uang 10 juta, mendingan ditabung sendiri ya.
A          : Betul banget. Selain itu, kalau dibelikan asuransi, belum tentu manfaatnya terpakai.
Z          : Kenapa?
A          : Karena untuk ambil asuransi melahirkan, statusnya harus dalam keadaan belum hamil. Kalau sudah hamil tidak bisa, karena ada masa tunggu 280 hari atau 9 bulan 10 hari. Kalau ambil asuransi melahirkan tapi ternyata tidak hamil, berarti uangnya hangus ngus ngus. Bahkan kalau hamilnya telat, misalnya baru hamil 4 bulan atau lebih setelah ambil asuransi, sama juga tidak terpakai, karena masa berlaku polisnya satu tahun.
Z          : Jadi, kalau ambil asuransi melahirkan, harus hamil dalam waktu paling lambat 3 bulan ya setelah polis jadi?
A          : Tepat sekali, baru manfaatnya terpakai.

Asuransi Yang Wajib Diambil
Z          : Oke deh, makasih pencerahannya. Jadi, asuransi apa yang mestinya kita ambil?
A          : Asuransi yang mesti diambil, ukurannya satu: Kalau sebuah risiko biayanya terlalu berat untuk ditanggung sendiri, atau bahkan tidak akan sanggup kalau ditanggung sendiri, berarti WAJIB pakai asuransi.
Z          : Contohnya?
A          : Contohnya risiko meninggal dunia, cacat tetap, dan penyakit kritis.
Z          : Wah, itu sih memang berat sekali akibat keuangannya. Kalau rawat inap?
A          : Askes rawat inap pada umumnya perlu untuk sebagian besar orang. Tapi untuk orang yang punya cukup uang, katakanlah dia punya gaji bulanan di atas 20 jutaan dan bisa menyisihkan sepertiga penghasilannya, atau dia punya dana darurat 100 jutaan, bisa jadi tidak perlu ambil askes rawat inap.
Z          : Kenapa?
A          : Askes rawat inap itu fungsinya untuk sakit biasa, contohnya tipes, DBD, diare, usus buntu. Biayanya saat ini antara 5 sampai 20 jutaan, dan kalau rumah sakitnya yang mahal, mungkin bisa sampai 50 juta. Memang cukup besar, tapi kalau dihitung-hitung, angka itu cuma sekali atau dua kali gaji bulanan. Kalau punya simpanan dana darurat 100 jutaan, habis 50 juta pun tak masalah. Pulang dari RS tinggal cari uang lagi.
Z          : Oke, masuk akal penjelasannya. Terima kasih.
A          : Sama-sama, terima kasih telah mendengarkan :) []





http://myallisya.wordpress.com/2013/11/02/rawat-jalan-itu-tidak-perlu-pakai-asuransi/#more-2264

Kamis, 07 November 2013

UP Jiwa Saja Belum Cukup



Banyak orang yang merekomendasikan pemisahan asuransi dan investasi hanya menyebut termlife (asuransi jiwa berjangka) sebagai alternatif pengganti unit link. Padahal UP jiwa saja belum cukup, terutama bagi orang usia muda dan produktif (di bawah 50 tahun). Kenapa? Karena pada dasarnya orang muda itu tidak akan meninggal hanya karena faktor usia. Memang yang namanya mati itu tidak kenal umur. Tapi melihat usia harapan hidup orang Indonesia yang sekitar 65 tahun, maka jika orang meninggal jauh di bawah usia itu, besar kemungkinan penyebabnya adalah faktor lain.

Apa biasanya penyebab orang muda meninggal dunia? Pertama, kecelakaan. Kedua, sakit. Sakit macam-macam, bisa sakit kritis, penyakit menular, atau sekadar sakit perut.


Orang yang hanya mengambil asuransi jiwa berjangka, jika ia mengalami kecelakaan lalu mati, uang pertanggungan jiwa dapat langsung cair dan diterima ahli warisnya. Tapi jika kecelakaan itu tidak langsung mengirim dia ke alam lain, maka persoalan belum selesai. Jika ia cacat, tentunya UP jiwa tidak bisa keluar, tapi biaya hidup tetap jalan dan makin sulit karena orang cacat tidak akan bisa bekerja sebaik sebelumnya.

Begitu pula mengalami sakit kritis pun belum tentu bikin meninggal. Orang muda usia daya tahan tubuhnya masih relatif kuat, sehingga ketika dia sakit, mungkin dia tetap hidup tapi berbaring saja di rumah atau di RS. Jelas orang seperti ini pun tidak bisa bekerja secara optimal.

Oleh karena itu, asuransi jiwa murni saja tidak cukup. Seseorang masih under-insured jika hanya memiliki polis asuransi jiwa murni. Dia boleh dikatakan belum aman secara keuangan. Risiko terburuk bukan hanya kematian. Bahkan kematian bukanlah risiko terburuk, karena begitu mati selesai sudah. Kesulitan hidup hanya dialami orang yang ditinggalkan, jika yang meninggal merupakan tulang punggung keluarga.

Ada risiko lain yang lebih buruk dari kematian, yaitu cacat (total maupun tidak) dan sakit kritis sehingga hidup tidak mati pun enggan. Jadi, selain asuransi jiwa, asuransi kecelakaan dan asuransi sakit kritis juga sangat perlu dimiliki.

Tinggal persoalannya sekarang, apakah ketiganya (jiwa, kecelakaan, sakit kritis) harus diambil terpisah ataukah sekaligus dalam satu paket. Tentunya di sini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.

Pertama, biaya. Mana yang lebih murah, mengambil terpisah atau sekaligus. Soal biaya ini juga harus dilihat dalam jangka panjang, bukan jangka tertentu saja.
Kedua, jangka waktu. Butuhnya sampai usia tertentu saja atau seumur hidup.
Ketiga, kemudahan dan kepraktisan. Jelas, satu polis yang mengkover sekaligus lebih praktis daripada beberapa polis.

Demikian untuk jadi pertimbangan.

Selanjutnya, beberapa tawaran bisa anda pertimbangkan di sini:

1. 600 Ribu Dapat Total UP > 2,5 M
2. 1 Juta Dapat Total UP > 4 M


Mari berasuransi.  Selamat memilih...



Sumber:
http://myallisya.wordpress.com/2011/12/15/termlife-saja-belum-cukup/

Rabu, 06 November 2013

5 Fungsi Asuransi Penyakit Kritis

m
Asuransi penyakit kritis (Critical Illness) memiliki 5 fungsi:
1. Membiayai pengobatan penyakit kritis.
2. Membiayai perawatan setelah pengobatan penyakit kritis
3. Mengganti penghasilan yang hilang selama atau karena tidak bisa bekerja
4. Mencegah kehilangan aset dan jeratan utang.
5. Memelihara kepercayaan diri.

Uang pertanggungan penyakit kritis mungkin memenuhi empat fungsi pertama, mungkin pula beberapa fungsi saja, atau mungkin saja satu fungsi pun tidak tercukupi. Oleh karena itu, UP proteksi penyakit kritis harus besar, lebih besar dari biaya untuk berobat, dan masih ada sisanya untuk biaya perawatan lanjutan, mengganti penghasilan, dan membayar utang (jika sebelumnya terpaksa berutang). Semua itu bermanfaat membawa seseorang pada fungsi kelima: terjaganya kepercayaan diri karena terhindar dari perasaan membebani orang lain.

Berapa UP penyakit kritis yang ideal? Dari segi dampaknya, penyakit kritis memiliki dampak keuangan yang setara dengan peristiwa meninggal dunia, atau malah lebih besar. Jadi, idealnya, UP penyakit kritis sama dengan UP jiwa. Tapi berapa pun itu, UP penyakit kritis tetap berguna untuk mengurangi beban hidup.

Penyakit kritis itu sebagian besar tidak datang tiba-tiba, tapi hasil dari akumulasi kebiasaan dan gaya hidup yang tidak sehat. Apalagi zaman sekarang, macam-macam sebab orang jadi sakit. Stres pekerjaan, polusi udara, rokok, kebanyakan duduk dan kurang olahraga, aneka makanan mengandung bahan kimia, dll. Kadar gula darah, asam urat, kolesterol, dan menumpuknya lemak, berperan memicu timbulnya penyakit kritis. Semua itu terkumpul sedikit demi sedikit, menumpuk terus, seringkali tanpa disadari.

Penyakit kritis adalah sejenis penyakit yang datangnya perlahan-lahan, pengobatannya memerlukan waktu lama, sembuhnya perlahan-lahan, dan harus disertai perubahan gaya hidup dengan disiplin yang ketat. Jika tidak dapat disembuhkan, maka bisa berakibat hilangnya kemandirian hidup. Dan jika sampai pada umurnya, maka proses ke arah sana pun umumnya perlahan-lahan.
Jadi, siapkan diri anda menghadapi kondisi terburuk dalam hidup.

Di Allianz, asuransi penyakit kritis tersedia sebagai rider (proteksi tambahan) dalam asuransi jiwa Tapro Allisya Protection Plus. Ada 49 penyakit kritis yang ditanggung (baca di sini). Klaim bisa diajukan ketika tertanggung pertama kali terdiagnosa salah satu dari 49 penyakit kritis, tanpa harus menjalani perawatan terlebih dahulu. (Keterangan lebih lanjut, silakan baca di Apa Itu Critical Illness).

Asuransi melindungi Jiwa atau Nilai Ekonomi Nasabah?



— Saya pernah menyimak pendapat beberapa orang tentang hidup. Ada yang bilang : “Hidup itu urusan Tuhan. Mengasuransikan jiwa kita berarti mendahului kehendak Tuhan.”

Begitu kira-kira. Dan faktanya, memang cukup banyak orang yang alergi mendengar kata ‘asuransi jiwa’. Lucunya, mereka yang alergi dengan asuransi jiwa ini sama sekali tidak sungkan untuk mengasuransikan mobil, motor atau rumah yang mereka miliki.

Makanya, tidak mengejutkan jika mayoritas pemilik kendaraan bermotor melindungi nilai ekonomi kendaraannya dengan asuransi, sementara hanya sekitar 3% saja orang Indonesia yang secara sadar melindungi nilai ekonomi dirinya dengan asuransi jiwa.

Sebenarnya asuransi jiwa bukan untuk melindungi jiwa kita. Melainkan melindungi nilai ekonomi diri kita. Misalnya, jika saat ini kita mampu menyediakan 5 juta rupiah setiap bulan untuk keluarga kita hidup dengan layak, maka asuransi jiwa membantu kita untuk menjamin agar kehidupan ekonomi keluarga kita dengan 5 juta rupiah pengeluaran itu bisa terus terjaga, ‘meskipun’ terjadi sesuatu yang menyebabkan kita tidak mampu lagi menghasilkan uang sejumlah itu. Kita tidak berharap ’sesuatu’ itu terjadi.

 
Namun siapa yang bisa memastikan masa depan?

Oleh karena itu, coba renungkan: Jika nilai ekonomi mobil atau rumah kita saja dilindungi, mengapa kita tidak melindungi nilai ekonomi diri kita? Apakah mobil atau rumah lebih berharga dari diri kita sendiri?

Jika kita karyawan, coba di cek apakah perusahaan tempat kita bekerja sudah menyediakan asuransi jiwa bagi kita. Perusahaan-perusahaan yang baik biasanya menyediakan asuransi jiwa bagi karyawan-karyawannya. Namun ada 2 hal yang perlu kita lakukan:



Pertama, tanyakan kepada HRD, apakah asuransi yang disediakan itu hanya berlaku selama kita bekerja di perusahaan itu, atau bisa dilanjutkan sendiri seandainya kita berhenti bekerja.

Pada umumnya jika karyawan resign atau pensiun, maka asuransi jiwanya secara otomatis akan terputus. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk membeli asuransi jiwa sendiri. Kecuali jika kita berencana untuk bekerja terus sebagai profesional.

Tetapi, perlu dipertimbangkan juga, jika kita pensiun, apakah perlindungan itu bisa dibawa pergi sebagai paket pensiun atau tidak.

Kedua, jika perusahan telah menyediakan asuransi jiwa yang bisa kita kelola sendiri (bisa dibawa pergi dan dilanjutkan sendiri) maka mungkin sudah waktunya untuk melakukan perencanaan keuangan atau biaya sekolah anak-anak di masa depan.

Memang ada orang yang lebih suka menabung setiap bulan di bank, dan tidak diambil-ambil. Tidak masalah jika kita bisa berdisiplin demikian. Tetapi, jika tidak, mungkin asuransi pendidikan bisa menjadi jalan keluarnya.

Selain dari itu, asuransi pendidikan mempunyai kelebihan dari sisi perlindungan, yang tidak dimiliki oleh tabungan pendidikan.

Prinsipnya: jika terjadi ’sesuatu’ pada diri kita, maka anak-anak kita tetap mendapatkan jaminan pembiayaan pendidikan sesuai dengan yang kita rencanakan.

Sekalipun kita tidak berminat untuk membeli polis asuransi, kita tidak perlu sungkan untuk berkonsultasi dengan agen asuransi. Tidak ada ruginya jika kita memahami mekanisme perencanaan keuangan model ini.

Paling tidak, kita bisa membandingkannya dengan strategi perencanaan keuangan yang saat ini kita jalankan. Meskipun kita tidak membeli polis asuransi dari mereka, mereka biasanya dengan senang hati membantu kita untuk mendesain rencana keuangan jangka panjang kita. Artinya, kita bisa mendapatkan konsultasi gratis tentang perencanaan keuangan kita. Lumayan kan?

Saat ini asuransi sudah banyak yang dikombinasikan dengan investasi. Jadi, anda akan mendapatkan benefit perlindungan, sekaligus melihat porsi uang yang anda bayarkan sebagai tabungan atau investasi yang terus bertumbuh dan berkembang.




sumber http://qnoyzone.blogdetik.com 
oleh: Dadang Kadarusman

Selasa, 29 Oktober 2013

5 Hal Penting yang Bisa Hilang dari Hidup Manusia (Sebuah Ilustrasi)

Gugun Gondrong




Tidak ada orang yang rela uangnya hilang. Tapi jika salah langkah, ada lima hal penting yang bisa hilang dari hidup manusia.




Apakah itu?
  1. Tabungan/investasi
  2. Harta
  3. Harga diri
  4. Penghasilan
  5. Impian
Bagaimana lima hal itu bisa hilang? Silakan lihat ilustrasi berikut.

Ilustrasi

Ada seorang kepala keluarga usia 30-an tahun, kita sebut saja Tuan X. Tuan X memiliki asuransi jiwa murni yang menanggung risiko meninggal dunia dengan UP jiwa 1 miliar. Dia juga mengambil rider kesehatan untuk diri dan keluarganya, plan kamar 500rb per hari. Selain itu, dia pun rutin berinvestasi di reksadana sebesar 1 juta per bulan. Dia sudah melakukannya selama 5 tahun, dan kini uangnya hampir 100 juta.

Dari fakta ini, jelas bahwa Tuan X adalah seorang yang telah sadar berasuransi dan berinvestasi. Bahkan dipisah pula, sesuai saran para perencana keuangan.

Tapi ada satu yang dia lewatkan: proteksi penyakit kritis.

Pada suatu hari, Tuan X pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan migrain yang akhir-akhir ini kerap mendera kepalanya. Biasanya pakai obat warung pun selesai, tapi kali ini dia bersikap waspada dengan bertanya langsung ke dokter. Ketika dokter melakukan pemindaian pada kepalanya, tak dinyana, ternyata terdapat tumor sebesar bola pingpong di otaknya. Tumor tersebut telah membangun sarang di tempurung otaknya lebih dari 10 tahun, tanpa dia sadari. Biaya operasi untuk mengangkat tumor tersebut, kata dokter, antara 500 juta sd 1 miliar tergantung rumah sakitnya, dan lebih mahal lagi jika berobatnya di luar negeri.

Tuan X terkejut. Tak menyangka. (Jika anda pun tak menyangka bisa ada tumor sebesar itu tanpa disadari, contohnya dapat dibaca di sini: http://life.viva.co.id/news/read/272466-tumor-otak-sebesar-bola-bisbol).

Tapi tak ada pilihan lain. Jika tak segera dioperasi, nyawa Tuan X terancam.
Maka digunakanlah asuransi kesehatan yang dia miliki, tapi askes tersebut hanya mampu menanggung biaya operasi dan lain-lain tak sampai 100 juta.
Karena masih kurang, dia tariklah semua tabungan dan investasinya. Tapi ini pun hanya sanggup menambahi 100 juta.
Tabungan dan investasi hilang. Ini hilang yang pertama.

Tuan X punya sebuah mobil untuk keperluan sehari-hari ke tempat kerja. Mobil itu terpaksa dijual cepat, laku 100 juta.
Masih kurang. Tuan X pun terpaksa menjual rumahnya yang sebagian masih kredit, juga secara cepat. Laku 150 juta.
Sampai sini, tabungan hilang, harta pun hilang. Ini hilang yang kedua.

Operasi telah mulai dilakukan, tapi karena masih banyak kurangnya, keluarga Tuan X berusaha cari pinjaman sana-sini. Hasilnya tak seberapa, karena ketika sehat pun cari pinjaman itu susah, apalagi di saat sakit.
Di sini, yang hilang dari diri Tuan X adalah harga dirinya. Ini hilang yang ketiga.

Karena Tuan X menjalani operasi dengan dana yang tidak cukup dan tidak segera tersedia (butuh waktu untuk jual mobil dan rumah), maka dia tidak mendapatkan fasilitas terbaik untuk operasinya sehingga penanganan tumornya tidak berlangsung dengan sempurna. Nyawanya memang terselamatkan, tapi kondisinya tidak pulih seperti sediakala. Dia tidak bisa bekerja lagi seperti sebelumnya.
Karena tidak bisa bekerja, maka penghasilan pun hilang. Ini hilang yang keempat.

Biaya hidup tak bisa ditunda. Sang istri harus banting tulang menghidupi keluarga. Anak-anak gagal masuk sekolah favorit. Tak ada lagi rekreasi di masa liburan sekolah. Mimpi naik haji harus dikubur dalam-dalam. Pensiun harus diundur entah sampai kapan. Dan di hadapan Tuan X, jangan sekali-kali bicara soal masa depan.
Karena kini, segala impiannya telah hilang. Ini hilang yang kelima.
Demikianlah kisah Tuan X.

***

Sampai di sini, silakan tarik nafas sejenak sambil merenung:
Tuan X adalah seorang yang sadar berasuransi, tapi nyatanya dia masih bisa mengalami hal seperti itu.
Bagaimana jika orang tidak punya asuransi sama sekali? Yang semacam ini amatlah banyak di negeri kita.
Atau bagaimana jika orang punya asuransi dengan manfaat yang lengkap, tapi UP-nya kecil-kecil? Misalnya, UP penyakit kritisnya hanya 100 juta atau bahkan kurang? Yang seperti ini pun banyak sekali. Dan mereka ini masih berisiko kehilangan lima hal penting dalam hidup.
Bagaimana rasanya jika kelima hal penting tersebut hilang dari diri kita?
Sakit. Sedih. Stres. Dunia jungkir balik.
Jangankan kelimanya sekaligus, satu saja yang hilang, akan sangat terasa pedih-perihnya. Bahkan kehilangan satu hal kecil pun bisa bikin galau tidak karuan. Contoh, pernahkah anda kehilangan HP anda? Ingatkah anda bagaimana rasanya saat itu?

Hikmah

Cerita di atas memang hanya ilustrasi. Tapi ini gambaran yang realistis dan mungkin dialami manusia. Anda pun barangkali tahu atau pernah melihat contohnya. Misalnya, mohon maaf, Gugun Gondrong, artis yang diduga kena tumor otak pada tahun 2008. Dia bukan hanya kehilangan lima, melainkan enam hal penting dalam hidup. Yang terakhir adalah istrinya. (Anda bisa membaca beritanya di sini: http://www.berita8.com/berita/2010/05/lepas-dari-koma-gugun-gondrong-dicerai-istri–)

Hikmah yang bisa diambil:
  1. Punya asuransi jiwa dan kesehatan saja tidak cukup.
  2. Apalagi kalau tidak punya asuransi sama sekali.
  3. Ketika memutuskan berasuransi, berpikirlah untuk risiko yang paling buruk (baca: yang butuh biaya paling besar, yaitu penyakit kritis).
  4. Asuransi penyakit kritis adalah keniscayaan, bukan pilihan.
  5. Pada saat yang sama, UP penyakit kritis haruslah cukup besar


Sumber:
 http://myallisya.wordpress.com/2013/06/01/5-hal-penting-yang-bisa-hilang-dari-hidup-manusia-sebuah-ilustrasi/

3 Tips Memilih Agen Asuransi Jiwa



Memilih agen asuransi yang baik sangatlah penting. Agen asuransi yang baik akan membantu Anda mendapatkan solusi asuransi yang tepat dan membuat pengalaman berasuransi Anda menyenangkan. Ingatlah bahwa hubungan Anda dan keluarga Anda dengan perusahaan asuransi bersifat jangka panjang, bahkan bisa melampaui usia hidup Anda. Agen asuransi adalah perantara yang mewakili Anda di hadapan perusahaan asuransi dan mewakili perusahaan asuransi di hadapan Anda. 

 Berikut adalah tiga tips untuk memilih agen asuransi jiwa yang baik: 


  1. Pilihlah agen yang berintegritas
    Integritas seorang agen asuransi jauh lebih penting daripada semua hal lain. Banyak fitur dalam polis asuransi yang cukup kompleks dan tidak semuanya sama pentingnya. Beberapa agen merekomendasikan produk tertentu tanpa alasan lain kecuali ingin mendapatkan komisi yang lebih tinggi. Tidak sedikit pula agen asuransi yang “hit and run”, hanya bagus ketika menjual namun tidak begitu peduli dengan layanan purna jual.

    Carilah orang yang akan bertindak sebagai mitra Anda, memberikan informasi tambahan, mengusulkan alternatif, dan tidak memaksa Anda untuk membeli produk.

    Jika Anda mendapatkan terlalu banyak tekanan untuk cepat membeli, beralihlah ke orang lain. Salah satu cara terbaik untuk mendapatkan agen yang bagus adalah meminta referensi dari teman-teman, anggota keluarga, rekan kerja atau profesional lain yang pernah bekerja sama dengan Anda (konsultan pajak, bankir, notaris, dll). Bila agen asuransi yang mendatangi Anda, mintalah referensi para nasabah yang telah dilayaninya. Anda bisa mengecek rekam jejak sang agen dari nasabah-nasabahnya.


  2. Pilihlah agen yang profesional
    Anda perlu memastikan bahwa agen yang Anda pilih memiliki keahlian untuk memenuhi kebutuhan Anda:

    • Periksalah lisensi agen. Agen asuransi jiwa harus memiliki lisensi dari AAJI (Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia) untuk dapat menjual produk asuransi. Agen yang menjual produk asuransi unit-link harus memiliki tambahan lisensi khusus. Untuk mendapatkan lisensi-lisensi ini, seorang agen harus lulus dalam sejumlah ujian kompetensi di bidangnya. Agen yang tidak berlisensi dapat menyampaikan informasi produk yang tidak akurat atau menyesatkan kepada nasabahnya.

    • Ketahuilah spesialisasi agen. Beberapa agen asuransi mengkhususkan diri dalam asuransi jiwa tradisional, sedangkan yang lain mungkin lebih mendalami bidang asuransi jiwa unit-link, asuransi kumpulan atau asuransi kesehatan.

    • Ketahuilah kualifikasi agen. Gelar profesional seperti Chartered Life Underwriter (CLU), Chartered Financial Consultant (ChFC), Certified Financial Planner (CFP) dan Life Underwriter Training Council Fellow (LUTCF) menunjukkan bahwa agen tersebut telah menyelesaikan pelatihan lanjutan, lulus ujian yang ketat dan serius dengan pengembangan profesinya.

    Seorang agen yang menjadi anggota Million Dollar Round Table (MDRT) berarti telah memasuki jajaran elit agen papan atas. Mereka pasti telah memiliki daftar nasabah yang panjang, pengalaman yang lama dan mengikuti kode etik profesi yang ketat.


  3. Pilihlah dari beberapa agen
    Bila perlu, temuilah secara langsung setidaknya dua agen asuransi agar dapat melakukan perbandingan dalam hal kualifikasi dan karakter agen serta kesesuaian produk yang ditawarkan. Tidak ada yang dapat menggantikan kontak langsung dalam menilai seseorang. Agen yang baik akan tekun mendengarkan dan mengajukan pertanyaan tentang situasi Anda dan membantu menyusun solusi asuransi yang tepat untuk kebutuhan spesifik Anda. Jika Anda tidak nyaman dengan agen Anda setelah bertatap muka, atau Anda tidak yakin dia menyediakan layanan yang Anda inginkan, carilah agen lain. 



Penulis : Hendro Prasetyo

Kekurangan Term Life dan Kelebihan Unit Link


Di antara berbagai jenis produk asuransi, menurut saya hanya dua yang layak dipertimbangkan, yaitu term life (asuransi jiwa berjangka) dan unit link (asuransi jiwa plus investasi). Jenis asuransi yang lain, yaitu whole life (asuransi jiwa seumur hidup) dan endowment (dwiguna, asuransi jiwa plus tabungan, biasanya dipakai untuk dana pensiun atau dana pendidikan) terlalu mahal preminya dan manfaatnya lebih kecil.

Banyak perencana keuangan menyarankan untuk memisahkan asuransi dan investasi. Asuransinya ambil term life, investasinya boleh di mana saja (reksadana, emas, saham, dll). Saya setuju, tapi tidak semua orang cocok dengan saran ini.

Selain itu, setelah saya menggali berbagai kemungkinan yang ada di unit link, khususnya produk yang saya jual yaitu Tapro Allisya, ternyata preminya tidak berselisih jauh dibandingkan term life untuk mendapatkan manfaat yang sama. Malah beberapa produk term life masih lebih mahal dibandingkan unit link Tapro Allisya ini.


 
Kekurangan Term Life


Jadi, ya, saya tahu term life lebih murah ketimbang unit link, tapi dengan beberapa catatan:

1.  Murah hanya pada awalnya atau selama masa kontrak (5, 10, 20 tahun). Pada saat perpanjangan preminya akan naik berlipat-lipat. Oleh karena itu, kalau anda memutuskan mengambil term life, minta juga ilustrasi berapa preminya jika asuransi diperpanjang.

2.  Hanya bisa bayar tahunan. Bayar tahunan berarti keluar uang sekaligus banyak, misalnya 3 atau 5 juta tergantung manfaat proteksinya. Bagi orang yang uangnya berlimpah, ini tak masalah. Tapi tidak semua orang punya uang sebanyak itu. Kalaupun punya, mungkin masih ada keperluan lain yang juga penting. Selain itu, selisih uang yang ada bisa juga dipakai untuk bisnis atau investasi. Siapa tahu hasilnya bisa menutupi premi bulan berikutnya. Biasanya orang mengambil term life dengan tujuan agar bisa berinvestasi sendiri. Bagaimana mau investasi, kalau belum apa-apa uangnya sudah diambil oleh asuransi.

3.  Beberapa produk term life mensyaratkan tes kesehatan saat perpanjangan sehingga jika kesehatan anda menurun, perpanjangan asuransi anda belum tentu diterima. Oleh karena itu, kalau anda mengambil term life, cari yang ada garansi perpanjangannya.

4.  Kalau ditambah rider, seperti kecelakaan dan sakit kritis, belum tentu ridernya tersedia. Selain itu, belum tentu tarif ridernya murah juga.

5.  Bagi yang peduli dg nilai-nilai syariah: term life umumnya bukan produk syariah. Memang sudah ada yang syariah, tapi silakan cek preminya.


 

Kelebihan Unit Link Tapro Allisya

Unit link Tapro Allisya mengenakan premi 355 ribu per bulan untuk mendapat UP jiwa 1 miliar, tanpa rider apa pun. Manfaat ini berlaku untuk pria usia 30 tahun, tidak merokok, dan pekerjaannya dalam ruangan.

Silakan anda survai, adakah produk term life yang bisa memberikan premi seperti ini untuk UP 1 miliar? Jika dihitung per tahun, memang ada yang lebih murah. Tapi ini per bulan.

 
Kelebihannya:

  1. Preminya flat, tidak naik sampai kapan pun. Malah anda berkesempatan mendapatkan masa bayar lebih pendek (10 tahun) jika hasil investasi sesuai ilustrasi dengan asumsi tertinggi.
  2. Cara bayar bulanan cocok untuk orang yang keuangannya terbatas atau mereka yang merencanakan keuangan dengan periode bulanan (karena gajinya juga bulanan).
  3. Masa bayar bisa lebih pendek untuk masa proteksi yang lebih panjang.
  4. Tidak usah memikirkan perpanjangan. Masa berlaku proteksi sampai 70 tahun (UP 1 miliar), dan masih ada sisa UP 340 juta sampai usia 99 tahun.
  5. Tidak usah medical check up (untuk UP 1 miliar ke bawah)
  6. Kalau mau ditambah rider, tersedia bermacam rider yang bagus dan lebih murah.
  7. Maslahat meninggal akan lebih besar dari 1 miliar karena ditambah hasil investasi. Dengan begini, UP jiwa anda tidak usah diupgrade, karena sudah ada tambahannya dari hasil investasi. Anda juga, kalau mau dan butuh banget uang, bisa mengambil sebagian hasil investasi itu selagi masih hidup.
  8. Produk sudah sesuai syariah, baik dari segi akad maupun penyaluran dana investasi.



Estri Heni
0817 028 4743
2a0897cb
henibisnis@gmail.com

Minggu, 27 Oktober 2013

Tentang Saya


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLVm3_EGuEsysxBStrdFA6OTZq3u220_UZgg6I767fSx2qC6AJ96fBgS4dJ3ydAWqWhh_5Fd86guA8iwco0k6KuNhqmEfB4czXrZhjFlvcgHwB7O0h9Vqzwk7R_sP8RLy2eK7BlFBGFg4/s200/_DSC4952.jpg

Salam,


Laman ini saya sediakan khusus untuk info tentang saya.  Hal ini saya rasa perlu, karena berselancar di dunia maya, apalagi membaca blog, tentu  membuat kita belum bisa bertatap muka.
Bagi sebagian orang, sebelum memutuskan untuk mendaftar sebagai nasabah saya ataupun bergabung menjadi agen di tim saya, seringkali merasa perlu mengenal dulu seperti apa "bentuk" si empunya blog.  Dengan begitu, kurang lebih bisa meningkatkan rasa percaya terhadap bisnis yang sedang ditawarkan.   


Inilah sekelumit info tentang saya.

Nama Lengkap   :  Estriningsih Nugraheni, S.Si
Lahir                    :  Balikpapan, 1978
Alamat                 :  Kav. Cipayung Jl. Akustik Blok: A No. 1 Jakarta Timur 13840
Status                  :  Menikah,  Ibu dari 2 jagoan kecil ( Danu 4 tahun, Danes 4 bulan)
Pengalaman kerja :  Medical Representatif di PT. AstraZeneca (2001-2005)
                                    Oncology Product Specialist di PT. AstraZeneca (2005-2008)
                                    Full Time Mom (2009)
                                    Work From Home Mom (2010-sekarang)



Saya senang sekali menjadi ibu super bagi keluarga kecil saya.  Saya ingin waktu saya berharga bagi mereka, dan juga bagi Anda yang berminat menjadi nasabah Asuransi Jiwa Allianz Syariah, yang mempercayakan saya sebagai agen pendamping Anda.
Saat ini saya masih punya bayi laki-laki yang sedang heboh-hebohnya karena tumbuh kembangnya yang luar biasa, dan saya sangat mensyukuri kehadirannya di hidup saya (seheboh anak pertama saya).  
Sebagai agen asuransi jiwa Allianz Syariah, saya melayani pertanyaan Anda ataupun mendiskusikan kebutuhan asuransi jiwa Anda melalui sms ataupun e-mail kapan saja.  Jawaban atas permintaan ilustrasi Insya Allah segera saya kirim setelah saya selesaikan kebutuhan anak-anak terlebih dahulu.  Setelah Anda menerima ilustrasi, silahkan dipelajari dulu, dipertimbangkan, bahkan mungkin dibandingkan dengan ilustrasi lain.  
Pilihlah yang sesuai dengan kebutuhan Anda, bukan kebutuhan agen.  Apabila Anda memutuskan pilih asuransi jiwa Allisya Protection Plus dengan pendampingan agen Estri Heni, mari kita buat jadwal janji temu untuk 2 hari ke depan.  
Kenapa?  Simpel saja, sambil Anda siapkan berkas-berkas yang diperlukan (fc KTP, fc KK, dll), saya juga siapkan tabungan ASI untuk bekal bayi saya saat saya tinggal berkunjung ke tempat Anda nanti.  
Kenapa harus 2 hari? hehe... Pertama, masalah teknis fisiologis saya butuh waktu cukup untuk siapkan produksi ASI P (beberapa ibu tidak mudah siapkan ASI P), kedua, mencocokan jadwal kegiatan neneknya, supaya bisa dititipin cucu... , ketiga adalah sesuaikan jadwal dengan calon nasabah yang sudah membuat janji temu lebih dulu sebelum Anda.
Hal ini saya lakukan karena saya ingin memberikan yang terbaik untuk Anda, calon nasabah Asuransi Jiwa Allianz Syariah.

Jadi, meskipun saat ini saya menjalani profesi saya sebagai agen asuransi jiwa Allianz Syariah secara paruh waktu, namun kinerja yang saya lakukan adalah sepenuh hati mendampingi Anda merencanakan perlindungan asuransi jiwa yang terbaik, yaitu Asuransi Jiwa Allianz Syariah, dengan nama produknya:  Allisya Protection Plus.

Bagi Anda yang tinggal di sekitar Cililitan, Condet, Cijantung, Cipayung, Ciracas, Cilangkap, Cibubur, Cimanggis, Cibinong, Depok, Pondok Gede, Pasar Rebo, Kampung Rambutan, Setu, Lubang Buaya, Taman Mini, Bambu Apus, yang membutuhkan informasi ataupun bermaksud memiliki perlindungan Asuransi Jiwa Allianz Syariah, silahkan hubungi saya:

              Estri Heni     
SMS / What's App :    0817 028 4743

pin BB                      :    2A0897CB

e-mail                      :    AllisyaKita@gmail.com



Terima kasih sudah mempercayakan perlindungan Asuransi Jiwa Allianz Syariah Anda, bersama saya sebagai agen pendamping Anda....

Rabu, 09 Oktober 2013

Asuransi Kesehatan Allianz: Keunggulan dan Perbedaan



KEUNGGULAN Asuransi Kesehatan Allianz :

Asuransi Kesehatan individu
Maxi Violet  : Asuransi Kesehatan Individu Non Syariah
Allisya Care : Asuransi Kesehatan Individu Syariah

1.  Sistem Klaim menggunakan Kartu Cashless di seluruh Rumah Sakit Jaringan Allianz-Admedika dan juga bisa dengan sistem Reimbursement di seluruh rumah sakit/klinik di dunia tanpa terkecuali, bila menuju selain Jaringan Allianz-Admedika.
2.  Perlindungan 24 jam 365 hari sejak awal kepesertaan (tanpa masa tunggu).
3.  Proses klaim yang pasti, yaitu maksimum 14 hari kerja sejak berkas diterima lengkap oleh kantor pusat .
4.  Program individu ini bisa mengcover seluruh anggota keluarga inti dalam satu polis Asuransi Kesehatan.
5.  Khusus untuk Program Maxi Violet, memberikan jaminan perpanjangan polis hingga usia 70 thn ( Pasal 2 poin 6 tentang : "Jaminan Polis Dapat Diperpanjang atau Guaranteed Policy Renewebility" ).  Sehingga peserta tidak perlu khawatir Polis perpanjangannya akan di tolak karena alasan atau resiko tertentu. 
6.  Memiliki Plan Rawat Inap, Rawat Jalan, Rawat Melahirkan, dan Rawat gigi hingga kelompok manfaat 1.000.000 / hari.
7.  Memiliki Inner Benefit yang sangat lengkap dengan batasan yang lebih luas.
8.  Manfaat Klaim yang tidak dibatasi akumulasinya dalam setahun atau tanpa maksimum limit tahunan.
9.  Tersedia pilihan program dalam mata uang Rupiah maupun Dollar US.
10. Tersedia pilihan program Asuransi Kesehatan Syariah maupun Non-Syariah. 
11. Fasilitas klaim bisa menggunakan sistem Kartu cashless dengan rumah sakit provider Ad-medika maupun sistem Reimbursement dari rumah sakit manapun diseluruh dunia tanpa terkecuali.
12. Progress klaim via SMS ke setiap saat Handphone customer oleh kantor pusat terhadap Klaim yang menggunakan sistem Reimbursement.
13. Terdapat berbagai DISKON menarik untuk kondisi : No claim bonus (20%), paket keluarga (5%), dan paket tabungan proteksi (10%).

Sumber: www.kesehatanterbaik.com



Perbedaan Allisya Care dan Maxi Violet




Allianz memiliki program asuransi kesehatan individual yang berdiri sendiri (stand alone, bukan rider dari asuransi jiwa), murni tanpa investasi dan tanpa pengembalian premi, serta memiliki fasilitas kartu provider-cashless. Produk ini dibuat dalam dua versi: syariah dan konvensional. Versi syariah dinamai Allisya Care, versi konvensional disebut Smarthealth Maxi Violet. Cakupan dan rincian manfaat keduanya sama persis. Jaringan rumah sakitnya pun sama. Keterangan lengkap produk ini bisa dilihat di Apa itu Allisya Care?


Adapun perbedaan Allisya Care dan Maxi Violet adalah:

1.      Allisya Care hanya menyediakan cara bayar tahunan.
2.      Maxi Violet menyediakan cara bayar tahunan, semesteran, triwulanan, dan bulanan. Fasilitas cashless tidak berlaku untuk cara bayar selain tahunan. Selain itu, cara bayar selain tahunan hanya bisa dilakukan melalui kartu kredit. Jika ditotal, cara bayar tahunan lebih murah dibanding cara bayar lainnya.
3.      Premi Allisya Care lebih murah sekitar 5% dibanding premi Maxi Violet.
4.      Pada Allisya Care berlaku ketentuan bagi hasil surplus dana tabarru (kalau surplus), yang memotong premi saat perpanjangan kontrak tahun berikutnya. Surplus dana tabarru diberikan bila tidak ada klaim.
5.      Pada Maxi Violet berlaku no claim bonus sebesar 20%, yang memotong premi saat perpanjangan kontrak tahun berikutnya. No claim bonus hanya diberikan jika tidak ada klaim.
6.      Maxi Violet tersedia dalam mata uang Rupiah dan Dollar, Allisya Care hanya Rupiah.

Sumber: http://myallisya.wordpress.com/2012/04/22/perbedaan-allisya-care-dan-maxi-violet/

Selasa, 08 Oktober 2013

9 Alasan Saya Pilih Unit Link




14 Agustus 2013 aku menandatangani formulir pengajuan asuransi jiwa tipe unit link. Bayar premi 500 ribu per bulan, manfaat yang kuperoleh (laki-laki, 37 tahun, kelas pekerjaan 1) adalah:

  1. Jika meninggal dunia setelah 70 tahun: 250 juta (sampai usia <100 tahun)
  2. Jika meninggal dunia sebelum 70 tahun:  400 juta (+250 juta tsb di atas)
  3. Jika kecelakaan dengan akibat meninggal atau cacat : 245 juta (sampai usia <65 tahun)
  4. Jika cacat total tetap :  240 juta 
  5. Jika sakit kritis (49 penyakit kritis) : 250 juta (sampai usia <70 tahun)
  6. Payor (pembebasan premi dan dibayari premi oleh perusahaan jika terdiagnosis penyakit kritis atau mengalami cacat tetap total) sampai usia 65 tahun.
Ada juga nilai tunai di akhir tahun kesepuluh sebesar Rp 26.947.000 (asumsi pertumbuhan 18%). Nilai tunai ini belum menyamai premi total yang kubayarkan selama 10 tahun (60 juta), karena  mengambil porsi asuransi yang maksimal. Tak mengapa, karena memang tujuanku adalah proteksi, bukan investasi.


Kalau memang tujuannya proteksi, kenapa tidak ambil asuransi murni? Kan bisa lebih murah?

Alasannya ada sembilan.

Pertama, aku ingin asuransi yang menyediakan keempat manfaat di atas. Aku tidak tahu adakah asuransi murni (tradisional) yang menyediakan empat manfaat tsb sekaligus, dengan harga yang kompetitif.

Apakah keempatnya harus diambil? Menurutku, ya. Karena asuransi jiwa murni saja tidak cukup. Bagaimana kalau kecelakaan tapi tidak mati, melainkan cacat? Kalau hanya mengambil asji murni, tentu UP-nya tidak cair. Sejauh ini tidak ada metode yang ampuh untuk mencegah kecelakaan. Berhati-hati saja tidak cukup, karena bisa saja penyebabnya kecerobohan orang lain. Satu-satunya cara hanyalah berdoa mengharap perlindungan dari Tuhan.

Tentang manfaat sakit kritis, sebetulnya aku pribadi yakin dengan pola hidupku yang sekarang ini, aku tidak akan mengalami sakit kritis, kecuali mungkin saat hendak meninggal. Tapi aku juga tahu potensi itu ada. Bapakku alhamdulillah kondisi masih sehat di usianya yang ke 71 tahun. Ibuku sewaktu mudanya sehat, siapa menyangka akhirnya ada benjolan di payudaranya sejak 2006, merasa sehat tapi ternyata 2011 terpaksa di-kemoterapi, radiasi dll yang menghabiskan dana hampir 300 juta (menghabiskan tabungan sendiri), sekarang alhamdulillah sehat walau masih recovery. 
Mengambil manfaat sakit kritis adalah tindakan jaga-jaga, karena penyakit model begini biaya berobatnya mahal. Tentunya harapanku adalah tetap sehat sentosa selamanya.

Sedangkan manfaat payor menjamin bahwa rencana keuanganku, yakni mendapat proteksi jiwa sekaligus investasi, tetap berjalan apa pun yang terjadi pada diriku, sekalipun sakit kritis, cacat total, dan tidak bisa bekerja. Boleh dikatakan, payor benefit adalah “asuransi atas asuransi”. Ya, asuransi kita pun perlu diasuransikan lagi. (Di sini aku teringat ungkapan dalam dunia sufi: “Bahkan istigfar kita pun perlu diistigfarkan lagi”).

Kedua, aku ingin asuransi jiwa yang bisa berlaku seumur hidup, bukan sampai usia tertentu saja. Asuransi jiwa murni (termlife) paling banter hanya sampai 70 tahun, itu pun dengan premi yang sangat mahal selewat usia 50. Dengan unit link, aku punya keleluasaan apakah tetap sampai 100 tahun ataukah kubatalkan pada usia tertentu (misalnya 70 tahun). 
Dengan demikian, pada usia 70 tahun, seandainya masih hidup, aku bisa punya pilihan apakah akan mewariskan uang 250 juta (kemungkinan nanti nilainya tidak seheboh sekarang akibat inflasi) kepada keluargaku, ataukah membatalkan asuransi jiwaku dan mengambil hasil investasi yang ada (di ilustrasi nilainya mencapai 165 juta).  
Dan apabila aku "pindah dunia" sebelum 70 tahun, maka keluargaku tidak akan kehilangan penghasilan karena aku sudah siapkan 650 juta untuk di-depositokan.

Pilihan semacam ini tidak akan kuperoleh di asuransi murni termlife. Memang, menurut teori para perencana keuangan, orang tua umur 70 tahun tidak butuh asuransi jiwa karena hartanya diasumsikan sudah bejibun berkat hasil investasinya sejak masa muda. (Iya kalau sukses. Kalau bangkrut?). 

Tapi punya pilihan tentu lebih menyenangkan. Jika untuk punya pilihan itu aku harus membayar lebih, ya oke-oke saja. Dengan mengambil unit link sekarang, aku bisa menikmati biaya asuransi atau cost of insurance (COI) yang jauh lebih murah di masa tua, dibanding termlife. Dan dana untuk membayar COI itu tidak usah dipikirkan karena akan tertutupi oleh hasil investasi (dengan asumsi kondisi ekonomi sehat, dan tentunya kita mengharapkan demikian. Jika kondisi ekonomi tidak sehat, bukan hanya unit link yang rugi; semua investasi juga rugi, dan asuransi murni juga bisa mengalami gagal bayar klaim).

Ketiga, ada nilai tunai hasil investasi yang akan digunakan untuk merawat manfaat asuransi sampai masa berlakunya berakhir, atau jika butuh uang bisa diambil sebagian tanpa membatalkan manfaat asuransi.

Keempat, unit link menyediakan fasilitas cuti premi, yang memungkinkan diriku:
 1) berhenti menyetor premi untuk sementara (beberapa bulan) jika karena satu dan lain hal aku mengalami kesulitan finansial. Pemberhentian ini tidak otomatis membatalkan polis asuransi karena ada unit investasi yang akan membayarkan biaya asuransi dan administrasi. Setelah keuanganku pulih, aku bisa kembali meneruskan setoran premi;
 2) membayar premi lebih singkat (rencanaku 10 tahun) untuk mendapatkan proteksi lebih panjang.

Fasilitas ini mungkin bisa direplikasikan jika aku mengambil terpisah (TL+TD), dengan cara membayar premi lanjutan dari retur reksadana. Tapi kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi jika uang sudah di tangan kita.

Kelima, belum tentu asuransi murni lebih murah daripada unit link. Memang jika hanya membandingkan unit link vs termlife murni+reksadana, unit link akan kalah, termasuk dalam jangka panjang. Namun jika unit link dibandingkan dengan termlife+(kecelakaan+sakit kritis+payor)+reksadana, aku yakin unit link lebih unggul, termasuk dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, unit link akan lebih tampak lagi keunggulannya. Menurutku, unit link dirancang untuk diambil dengan manfaat yang beragam, bukan satu manfaat saja. Dengan mengambil minimal 2 atau 3 manfaat tambahan, keunggulan unit link akan lebih tampak.

Keenam, jelas unit link lebih praktis daripada mengambil asuransi terpisah dengan investasi. Kepraktisan adalah nilai lebih dari suatu produk, sebab bisa membantu kita menghemat waktu, tenaga, dan pikiran. Jika untuk kepraktisan ini kita membayar sedikit lebih mahal, itu lumrah. Apalagi jika lebih murah.

Ketujuh, dalam unit link ada agen yang sudah berkomitmen untuk melayani nasabah jika melakukan klaim. Ini juga nilai tambah yang tidak boleh diremehkan. Jika untuk fasilitas ini kita membayar lebih mahal, tak masalah. Apalagi jika lebih murah.

Kedelapan, kemampuan keuanganku saat ini hanya memungkinkan aku bayar premi secara bulanan, sedangkan beberapa produk term life yang sudah kusurvai, bayarnya hanya bisa tahunan. Biarpun ada term life yang misalnya menawarkan premi 3 juta utk UP 1 miliar, saat ini aku tidak sanggup bayar sekaligus. Lagi pula, seperti kusebutkan di atas, kebutuhan proteksiku bukan hanya UP jiwa.

Kesembilan, dengan alasan etis dan religius, aku hanya ingin asuransi yang syariah. Produk term-life yang murah-murah tsb pada umumnya belum syariah. Sedangkan term-life syariah preminya lebih mahal, ridernya tidak lengkap, dan aku tidak yakin ada renewal guarantee (garansi perpanjangan).

Produk unit link yang kuambil ini jenisnya syariah. Dan rata-rata penyedia unit link memiliki produk syariah.

 

Kesimpulan: Aku yakin unit link masih lebih baik daripada asuransi murni, dengan catatan:

1. Manfaat proteksinya dimaksimalkan. Perbesar uang pertanggungan meninggal, kecelakaan, dan sakit kritis, sampai jumlah maksimal yang diizinkan oleh program unit link tersebut sesuai premi yang kita bayarkan.
O ya, di sini aku tidak mengambil manfaat kesehatan karena sementara ini aku masih punya kartu Jamsostek dari kantor. Aku tidak tahu berapa plafonnya (kurasa tidak besar), tapi cukuplah untuk sekadar sakit biasa dan dirawat inap di kamar paling murah. Lagi pula pemakaiannya jarang, karena jika aku sakit, aku pilih dibekam saja daripada ke rumah sakit.

2. Tidak salah memilih produk. Mengapa? Karena unit link berbeda-beda dalam segi manfaat yang bisa diberikan dan biaya yang dikenakan. Sebelum memutuskan yang sekarang ini, aku telah melakukan survai terhadap 5 produk unit link (P, T, A, A, dan A). Insya Allah yang kuambil ini adalah yang terbaik (manfaat paling besar, biaya paling rendah).

3. Agennya berkualitas. Jika anda bertemu agen asuransi, tanya berapa lama dia sudah jadi agen. Semakin lama insya Allah semakin baik, tandanya sudah pengalaman. Tapi juga jangan terlalu tua. Kalau bisa seumuran, sebab dia akan melayani kita seumur hidup kita. Kalau dia meninggal lebih dulu, kita bisa kehilangan fasilitas dilayani agen, kecuali agen di atasnya mau menggantikan.

Itulah beberapa pertimbangan yang kuambil sebelum memutuskan membeli unit link. Sebelumnya aku sempat anti dengan unit link setelah membaca saran beberapa perencana keuangan yang menganjurkan pemisahan antara asuransi dan investasi. Tapi kupikir para penyedia unit link pun membaca kritik-kritik yang dialamatkan kepada produk mereka. Ada yang sudah memperbaiki produknya, sebagian lagi belum.

Dan aku memilih produk unit link yang kelihatannya telah disempurnakan untuk siap menghadapi kritik tsb. Salah satu cirinya, dulu produk ini mengenakan biaya akuisisi 195%, sekarang biaya akuisisinya 145% dan bisa turun menjadi 118,7% jika aku membayar premi rutin hingga 10 tahun (produk ini memberikan ekstra 5,26% untuk porsi investasi sejak tahun keenam).

Demikian sekadar sharing. Jadi kita tidak sekadar anti dengan unit link tanpa punya pertimbangan yang komprehensif menyangkut sisi kelebihan dan kelemahan suatu produk. Termlife murah, tapi tidak bisa seumur hidup. Unit link lebih mahal, tapi bisa seumur hidup. Selain itu termlife saja belum cukup; kita juga butuh asuransi kecelakaan dan sakit kritis. 

Unit link memberikan manfaat-manfaat tambahan yang biaya asuransinya akan lebih murah dibanding harus mengambil satu-satu secara terpisah. (Di sini saya belum punya perbandingan dalam bentuk angka, tapi saya yakin setidaknya dalam jangka panjang unit link lebih murah).

Kemudian dari segi investasi, memang reksadana bisa menghasilkan retur yang lebih maksimal. Tapi tentunya kita mengambil unit link bukan dengan tujuan investasi, melainkan proteksi. Hasil investasi yang ada itu fungsinya untuk membayar biaya-biaya asuransi, sehingga sebaiknya tidak kita ambil, kecuali disisakan sejumlah dana yang cukup untuk berkembang sendiri agar kita tidak lagi harus membayar premi. 


pertimbangan pribadi A P, nasabah unitlink Allisya Protection Plus
Financial Consultant : Estri Heni (0817 028 4743)

sharing pengalaman A S, nasabah unitlink Allisya Protection Plus
Financial Consultant: Y H