Tampilkan postingan dengan label Asuransi Jiwa Allianz Syariah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asuransi Jiwa Allianz Syariah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 November 2013

6 Kesalahan Keuangan Yang Dilakukan Orangtua Baru



Saat pasangan memutuskan untuk memiliki anak, artinya mereka sudah sadar konsekuensi yang akan didapat terutama dalam hal keuangan. Sayangnya para orangtua baru sering melakukan enam kesalahan keuangan berikut ini.

Saat baru memiliki bayi, Anda dan pasangan tentu tengah dilimpahi kebahagiaan. Perhatian Anda dan suami juga seringkali hanya fokus pada kebutuhan utamanya, seperti susu, pakaian, popok dan makanannya.

Dengan segala kesibukan dalam mengurus bayi itu, Anda dan suami pun jadi melupakan kalau si kecil juga perlu dipikirkan perencanaan keuangannya. Kenapa perencanaan keuangan ini penting dipikirkan sejak dini, agar masa depan anak nantinya lebih terjamin.

Sayangnya tidak sedikit orangtua yang melakukan kesalahan keuangan saat baru memiliki bayi. Berikut enam kesalahan itu seperti dikutip dari MSN:

1. Tidak Punya Asuransi Jiwa

Ketika Anda dan pasangan menjadi orangtua, memiliki asuransi jiwa sangat diperlukan. "Jika salah seorang dari Anda meninggal, Anda harus memastikan kebutuhan yang ditinggalkan tetap bisa terpenuhi," ujar ahli perencanaan keuangan asal California, Lynn Ballou.

Ballou menambahkan meskipun Anda atau pasangan sudah mendapatkan asuransi jiwa dari kantor, hal itu tetap belum cukup. Ia pun menyarankan belilah produk asuransi saat Anda dalam kondisi sehat, jangan menunggu sakit karena akan lebih mahal.

2. Membeli Asuransi Jiwa untuk Bayi

Marilyn Capelli, ahli perencanaan keuangan asal Michigan mengatakan membeli asuransi jiwa untuk bayi sebenarnya tidak perlu dilakukan. "Anda membeli asuransi jiwa untuk seseorang hanya jika meninggalnya orang itu membuat kondisi keuangan memburuk," katanya.

Asuransi jiwa untuk bayi perlu dimiliki jika memang anak memiliki kondisi kesehatan yang tidak baik. "Jarang sekali anak sehat akan memiliki masalah kesehatan saat dewasa," ujar Capelli.

3. Menunda Menabung untuk Kuliah Anak

Tidak sedikit orangtua yang mulai menabung untuk biaya kuliah saat anak memasuki usia SMA. Jika hal itu dilakukan, sudah sangat terlambat.

"Waktu terbaik untuk memulai adalah saat anak baru lahir," tutur ahli perencanaan keuangan asal Maryland, Amerika Serikat.

Sekarang ini ada berbagai cara untuk mulai mengumpulkan uang yang akan dipakai sebagai biaya kuliah anak. Selain dengan menabung, Anda juga bisa melakukannya dengan berinvestasi. Namun yang perlu diingat, setiap investasi baik itu emas atau reksadana memiliki risiko masing-masing.

4. Melupakan Dana Pensiun

Saat Anda dan pasangan menabung untuk biaya kuliah anak, Anda merasa keuangan Anda di masa depan sudah aman. Anda dan suami pun jadi lupa kalau sebenarnya setiap pasangan seharusnya juga memikirkan dana pensiun.

"Menabung untuk dana pensiun seharusnya adalah yang pertama dilakukan, dana kuliah di urutan kedua," jelas Ballou. "Anda, suami dan anak bisa memikirkan cara lain bagaimana bisa tetap sekolah. Akan lebih buruk jika anak Anda malah harus membiayai Anda saat Anda dan suami pensiun," tambahnya.

5. Boros Dalam Hal Berbelanja Kebutuhan Bayi

Semakin tinggi pendapatan, semakin besar juga pengeluaran Anda dan pasangan untuk membesarkan anak. Menurut data dari Department of Agriculture di Amerika Serikat, pada 2003, seorang anak yang lahir di 2003 dengan pendapatan orangtuanya lebih dari US$ 65.400 setahun, pengeluaran untuk membesarkannya butuh uang lebih dari US$ 344 ribu. Uang tersebut hanya cukup untuk si anak sampai berusia 18 tahun.

Maryland berpendapat, banyak orangtua berpikir apa yang mereka keluarkan untuk anak semuanya memang penting. Padahal sebenarnya tidak. Faktanya, tidak sedikit orangtua yang mengakui mereka cukup boros di tahun pertama kelahiran dan sebelum si bayi lahir.

"Orangtua baru berpikir mereka membutuhkan semuanya, ingin semuanya sempurna, dan tidak memikirkan biayannya," ujar Maryland.

Oleh karena itu sebelum mulai membeli perlengkapan anak, orangtua baru seharusnya membuat rencana pengeluaran. Anda dan pasangan juga jangan malu untuk memakai barang bekas untuk perlengkapan tertentu seperti stroller dan tempat tidur. Yang perlu diingat, perlengkapan yang dibeli tersebut sebagian besar hanya terpakai selama setahun. Untuk baju malah tidak sampai setahun, Anda sudah harus membelinya lagi.

6. Bekerja atau Jadi Ibu Rumah Tangga?

Beberapa wanita tidak cukup bijak menjawab pertanyaan ini. Tanpa pertimbangan matang, ada yang memilih berhenti bekerja karena ingin sepenuhnya mengasuh si kecil.

Jawaban pertanyaan tersebut sebenarnya mudah saja. Jika pendapatan pasangan cukup untuk memenuhi pengeluaran untuk anak, menjadi ibu rumah tangga tentu pilihan yang baik.

Namun sebelum memutuskan, ada beberapa faktor keuangan yang perlu diperhatikan. Salah satu yang penting adalah keuntungan yang didapat dari kantor jika Anda bekerja, seperti biaya kesehatan anak.

"Buatlah perbandingan apa saja keuntungan dari Anda bekerja atau tidak. Pikirkan juga bagaimana pengeluaran lainnya bisa terpenuhi," ujar Downey.



sumber:
http://www.wolipop.com/read/2011/09/02/124023/1714620/1133/6-kesalahan-keuangan-yang-dilakukan-orangtua-baru
.





Belum punya asuransi jiwa?
Pertimbangkan untuk buka polis Alliya Protection Plus dengan manfaat ini.

Hubungi Estri Heni untuk permintaan ilustrasi Anda.

Kamis, 07 November 2013

UP Jiwa Saja Belum Cukup



Banyak orang yang merekomendasikan pemisahan asuransi dan investasi hanya menyebut termlife (asuransi jiwa berjangka) sebagai alternatif pengganti unit link. Padahal UP jiwa saja belum cukup, terutama bagi orang usia muda dan produktif (di bawah 50 tahun). Kenapa? Karena pada dasarnya orang muda itu tidak akan meninggal hanya karena faktor usia. Memang yang namanya mati itu tidak kenal umur. Tapi melihat usia harapan hidup orang Indonesia yang sekitar 65 tahun, maka jika orang meninggal jauh di bawah usia itu, besar kemungkinan penyebabnya adalah faktor lain.

Apa biasanya penyebab orang muda meninggal dunia? Pertama, kecelakaan. Kedua, sakit. Sakit macam-macam, bisa sakit kritis, penyakit menular, atau sekadar sakit perut.


Orang yang hanya mengambil asuransi jiwa berjangka, jika ia mengalami kecelakaan lalu mati, uang pertanggungan jiwa dapat langsung cair dan diterima ahli warisnya. Tapi jika kecelakaan itu tidak langsung mengirim dia ke alam lain, maka persoalan belum selesai. Jika ia cacat, tentunya UP jiwa tidak bisa keluar, tapi biaya hidup tetap jalan dan makin sulit karena orang cacat tidak akan bisa bekerja sebaik sebelumnya.

Begitu pula mengalami sakit kritis pun belum tentu bikin meninggal. Orang muda usia daya tahan tubuhnya masih relatif kuat, sehingga ketika dia sakit, mungkin dia tetap hidup tapi berbaring saja di rumah atau di RS. Jelas orang seperti ini pun tidak bisa bekerja secara optimal.

Oleh karena itu, asuransi jiwa murni saja tidak cukup. Seseorang masih under-insured jika hanya memiliki polis asuransi jiwa murni. Dia boleh dikatakan belum aman secara keuangan. Risiko terburuk bukan hanya kematian. Bahkan kematian bukanlah risiko terburuk, karena begitu mati selesai sudah. Kesulitan hidup hanya dialami orang yang ditinggalkan, jika yang meninggal merupakan tulang punggung keluarga.

Ada risiko lain yang lebih buruk dari kematian, yaitu cacat (total maupun tidak) dan sakit kritis sehingga hidup tidak mati pun enggan. Jadi, selain asuransi jiwa, asuransi kecelakaan dan asuransi sakit kritis juga sangat perlu dimiliki.

Tinggal persoalannya sekarang, apakah ketiganya (jiwa, kecelakaan, sakit kritis) harus diambil terpisah ataukah sekaligus dalam satu paket. Tentunya di sini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.

Pertama, biaya. Mana yang lebih murah, mengambil terpisah atau sekaligus. Soal biaya ini juga harus dilihat dalam jangka panjang, bukan jangka tertentu saja.
Kedua, jangka waktu. Butuhnya sampai usia tertentu saja atau seumur hidup.
Ketiga, kemudahan dan kepraktisan. Jelas, satu polis yang mengkover sekaligus lebih praktis daripada beberapa polis.

Demikian untuk jadi pertimbangan.

Selanjutnya, beberapa tawaran bisa anda pertimbangkan di sini:

1. 600 Ribu Dapat Total UP > 2,5 M
2. 1 Juta Dapat Total UP > 4 M


Mari berasuransi.  Selamat memilih...



Sumber:
http://myallisya.wordpress.com/2011/12/15/termlife-saja-belum-cukup/

Selasa, 29 Oktober 2013

5 Hal Penting yang Bisa Hilang dari Hidup Manusia (Sebuah Ilustrasi)

Gugun Gondrong




Tidak ada orang yang rela uangnya hilang. Tapi jika salah langkah, ada lima hal penting yang bisa hilang dari hidup manusia.




Apakah itu?
  1. Tabungan/investasi
  2. Harta
  3. Harga diri
  4. Penghasilan
  5. Impian
Bagaimana lima hal itu bisa hilang? Silakan lihat ilustrasi berikut.

Ilustrasi

Ada seorang kepala keluarga usia 30-an tahun, kita sebut saja Tuan X. Tuan X memiliki asuransi jiwa murni yang menanggung risiko meninggal dunia dengan UP jiwa 1 miliar. Dia juga mengambil rider kesehatan untuk diri dan keluarganya, plan kamar 500rb per hari. Selain itu, dia pun rutin berinvestasi di reksadana sebesar 1 juta per bulan. Dia sudah melakukannya selama 5 tahun, dan kini uangnya hampir 100 juta.

Dari fakta ini, jelas bahwa Tuan X adalah seorang yang telah sadar berasuransi dan berinvestasi. Bahkan dipisah pula, sesuai saran para perencana keuangan.

Tapi ada satu yang dia lewatkan: proteksi penyakit kritis.

Pada suatu hari, Tuan X pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan migrain yang akhir-akhir ini kerap mendera kepalanya. Biasanya pakai obat warung pun selesai, tapi kali ini dia bersikap waspada dengan bertanya langsung ke dokter. Ketika dokter melakukan pemindaian pada kepalanya, tak dinyana, ternyata terdapat tumor sebesar bola pingpong di otaknya. Tumor tersebut telah membangun sarang di tempurung otaknya lebih dari 10 tahun, tanpa dia sadari. Biaya operasi untuk mengangkat tumor tersebut, kata dokter, antara 500 juta sd 1 miliar tergantung rumah sakitnya, dan lebih mahal lagi jika berobatnya di luar negeri.

Tuan X terkejut. Tak menyangka. (Jika anda pun tak menyangka bisa ada tumor sebesar itu tanpa disadari, contohnya dapat dibaca di sini: http://life.viva.co.id/news/read/272466-tumor-otak-sebesar-bola-bisbol).

Tapi tak ada pilihan lain. Jika tak segera dioperasi, nyawa Tuan X terancam.
Maka digunakanlah asuransi kesehatan yang dia miliki, tapi askes tersebut hanya mampu menanggung biaya operasi dan lain-lain tak sampai 100 juta.
Karena masih kurang, dia tariklah semua tabungan dan investasinya. Tapi ini pun hanya sanggup menambahi 100 juta.
Tabungan dan investasi hilang. Ini hilang yang pertama.

Tuan X punya sebuah mobil untuk keperluan sehari-hari ke tempat kerja. Mobil itu terpaksa dijual cepat, laku 100 juta.
Masih kurang. Tuan X pun terpaksa menjual rumahnya yang sebagian masih kredit, juga secara cepat. Laku 150 juta.
Sampai sini, tabungan hilang, harta pun hilang. Ini hilang yang kedua.

Operasi telah mulai dilakukan, tapi karena masih banyak kurangnya, keluarga Tuan X berusaha cari pinjaman sana-sini. Hasilnya tak seberapa, karena ketika sehat pun cari pinjaman itu susah, apalagi di saat sakit.
Di sini, yang hilang dari diri Tuan X adalah harga dirinya. Ini hilang yang ketiga.

Karena Tuan X menjalani operasi dengan dana yang tidak cukup dan tidak segera tersedia (butuh waktu untuk jual mobil dan rumah), maka dia tidak mendapatkan fasilitas terbaik untuk operasinya sehingga penanganan tumornya tidak berlangsung dengan sempurna. Nyawanya memang terselamatkan, tapi kondisinya tidak pulih seperti sediakala. Dia tidak bisa bekerja lagi seperti sebelumnya.
Karena tidak bisa bekerja, maka penghasilan pun hilang. Ini hilang yang keempat.

Biaya hidup tak bisa ditunda. Sang istri harus banting tulang menghidupi keluarga. Anak-anak gagal masuk sekolah favorit. Tak ada lagi rekreasi di masa liburan sekolah. Mimpi naik haji harus dikubur dalam-dalam. Pensiun harus diundur entah sampai kapan. Dan di hadapan Tuan X, jangan sekali-kali bicara soal masa depan.
Karena kini, segala impiannya telah hilang. Ini hilang yang kelima.
Demikianlah kisah Tuan X.

***

Sampai di sini, silakan tarik nafas sejenak sambil merenung:
Tuan X adalah seorang yang sadar berasuransi, tapi nyatanya dia masih bisa mengalami hal seperti itu.
Bagaimana jika orang tidak punya asuransi sama sekali? Yang semacam ini amatlah banyak di negeri kita.
Atau bagaimana jika orang punya asuransi dengan manfaat yang lengkap, tapi UP-nya kecil-kecil? Misalnya, UP penyakit kritisnya hanya 100 juta atau bahkan kurang? Yang seperti ini pun banyak sekali. Dan mereka ini masih berisiko kehilangan lima hal penting dalam hidup.
Bagaimana rasanya jika kelima hal penting tersebut hilang dari diri kita?
Sakit. Sedih. Stres. Dunia jungkir balik.
Jangankan kelimanya sekaligus, satu saja yang hilang, akan sangat terasa pedih-perihnya. Bahkan kehilangan satu hal kecil pun bisa bikin galau tidak karuan. Contoh, pernahkah anda kehilangan HP anda? Ingatkah anda bagaimana rasanya saat itu?

Hikmah

Cerita di atas memang hanya ilustrasi. Tapi ini gambaran yang realistis dan mungkin dialami manusia. Anda pun barangkali tahu atau pernah melihat contohnya. Misalnya, mohon maaf, Gugun Gondrong, artis yang diduga kena tumor otak pada tahun 2008. Dia bukan hanya kehilangan lima, melainkan enam hal penting dalam hidup. Yang terakhir adalah istrinya. (Anda bisa membaca beritanya di sini: http://www.berita8.com/berita/2010/05/lepas-dari-koma-gugun-gondrong-dicerai-istri–)

Hikmah yang bisa diambil:
  1. Punya asuransi jiwa dan kesehatan saja tidak cukup.
  2. Apalagi kalau tidak punya asuransi sama sekali.
  3. Ketika memutuskan berasuransi, berpikirlah untuk risiko yang paling buruk (baca: yang butuh biaya paling besar, yaitu penyakit kritis).
  4. Asuransi penyakit kritis adalah keniscayaan, bukan pilihan.
  5. Pada saat yang sama, UP penyakit kritis haruslah cukup besar


Sumber:
 http://myallisya.wordpress.com/2013/06/01/5-hal-penting-yang-bisa-hilang-dari-hidup-manusia-sebuah-ilustrasi/

3 Tips Memilih Agen Asuransi Jiwa



Memilih agen asuransi yang baik sangatlah penting. Agen asuransi yang baik akan membantu Anda mendapatkan solusi asuransi yang tepat dan membuat pengalaman berasuransi Anda menyenangkan. Ingatlah bahwa hubungan Anda dan keluarga Anda dengan perusahaan asuransi bersifat jangka panjang, bahkan bisa melampaui usia hidup Anda. Agen asuransi adalah perantara yang mewakili Anda di hadapan perusahaan asuransi dan mewakili perusahaan asuransi di hadapan Anda. 

 Berikut adalah tiga tips untuk memilih agen asuransi jiwa yang baik: 


  1. Pilihlah agen yang berintegritas
    Integritas seorang agen asuransi jauh lebih penting daripada semua hal lain. Banyak fitur dalam polis asuransi yang cukup kompleks dan tidak semuanya sama pentingnya. Beberapa agen merekomendasikan produk tertentu tanpa alasan lain kecuali ingin mendapatkan komisi yang lebih tinggi. Tidak sedikit pula agen asuransi yang “hit and run”, hanya bagus ketika menjual namun tidak begitu peduli dengan layanan purna jual.

    Carilah orang yang akan bertindak sebagai mitra Anda, memberikan informasi tambahan, mengusulkan alternatif, dan tidak memaksa Anda untuk membeli produk.

    Jika Anda mendapatkan terlalu banyak tekanan untuk cepat membeli, beralihlah ke orang lain. Salah satu cara terbaik untuk mendapatkan agen yang bagus adalah meminta referensi dari teman-teman, anggota keluarga, rekan kerja atau profesional lain yang pernah bekerja sama dengan Anda (konsultan pajak, bankir, notaris, dll). Bila agen asuransi yang mendatangi Anda, mintalah referensi para nasabah yang telah dilayaninya. Anda bisa mengecek rekam jejak sang agen dari nasabah-nasabahnya.


  2. Pilihlah agen yang profesional
    Anda perlu memastikan bahwa agen yang Anda pilih memiliki keahlian untuk memenuhi kebutuhan Anda:

    • Periksalah lisensi agen. Agen asuransi jiwa harus memiliki lisensi dari AAJI (Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia) untuk dapat menjual produk asuransi. Agen yang menjual produk asuransi unit-link harus memiliki tambahan lisensi khusus. Untuk mendapatkan lisensi-lisensi ini, seorang agen harus lulus dalam sejumlah ujian kompetensi di bidangnya. Agen yang tidak berlisensi dapat menyampaikan informasi produk yang tidak akurat atau menyesatkan kepada nasabahnya.

    • Ketahuilah spesialisasi agen. Beberapa agen asuransi mengkhususkan diri dalam asuransi jiwa tradisional, sedangkan yang lain mungkin lebih mendalami bidang asuransi jiwa unit-link, asuransi kumpulan atau asuransi kesehatan.

    • Ketahuilah kualifikasi agen. Gelar profesional seperti Chartered Life Underwriter (CLU), Chartered Financial Consultant (ChFC), Certified Financial Planner (CFP) dan Life Underwriter Training Council Fellow (LUTCF) menunjukkan bahwa agen tersebut telah menyelesaikan pelatihan lanjutan, lulus ujian yang ketat dan serius dengan pengembangan profesinya.

    Seorang agen yang menjadi anggota Million Dollar Round Table (MDRT) berarti telah memasuki jajaran elit agen papan atas. Mereka pasti telah memiliki daftar nasabah yang panjang, pengalaman yang lama dan mengikuti kode etik profesi yang ketat.


  3. Pilihlah dari beberapa agen
    Bila perlu, temuilah secara langsung setidaknya dua agen asuransi agar dapat melakukan perbandingan dalam hal kualifikasi dan karakter agen serta kesesuaian produk yang ditawarkan. Tidak ada yang dapat menggantikan kontak langsung dalam menilai seseorang. Agen yang baik akan tekun mendengarkan dan mengajukan pertanyaan tentang situasi Anda dan membantu menyusun solusi asuransi yang tepat untuk kebutuhan spesifik Anda. Jika Anda tidak nyaman dengan agen Anda setelah bertatap muka, atau Anda tidak yakin dia menyediakan layanan yang Anda inginkan, carilah agen lain. 



Penulis : Hendro Prasetyo

Kekurangan Term Life dan Kelebihan Unit Link


Di antara berbagai jenis produk asuransi, menurut saya hanya dua yang layak dipertimbangkan, yaitu term life (asuransi jiwa berjangka) dan unit link (asuransi jiwa plus investasi). Jenis asuransi yang lain, yaitu whole life (asuransi jiwa seumur hidup) dan endowment (dwiguna, asuransi jiwa plus tabungan, biasanya dipakai untuk dana pensiun atau dana pendidikan) terlalu mahal preminya dan manfaatnya lebih kecil.

Banyak perencana keuangan menyarankan untuk memisahkan asuransi dan investasi. Asuransinya ambil term life, investasinya boleh di mana saja (reksadana, emas, saham, dll). Saya setuju, tapi tidak semua orang cocok dengan saran ini.

Selain itu, setelah saya menggali berbagai kemungkinan yang ada di unit link, khususnya produk yang saya jual yaitu Tapro Allisya, ternyata preminya tidak berselisih jauh dibandingkan term life untuk mendapatkan manfaat yang sama. Malah beberapa produk term life masih lebih mahal dibandingkan unit link Tapro Allisya ini.


 
Kekurangan Term Life


Jadi, ya, saya tahu term life lebih murah ketimbang unit link, tapi dengan beberapa catatan:

1.  Murah hanya pada awalnya atau selama masa kontrak (5, 10, 20 tahun). Pada saat perpanjangan preminya akan naik berlipat-lipat. Oleh karena itu, kalau anda memutuskan mengambil term life, minta juga ilustrasi berapa preminya jika asuransi diperpanjang.

2.  Hanya bisa bayar tahunan. Bayar tahunan berarti keluar uang sekaligus banyak, misalnya 3 atau 5 juta tergantung manfaat proteksinya. Bagi orang yang uangnya berlimpah, ini tak masalah. Tapi tidak semua orang punya uang sebanyak itu. Kalaupun punya, mungkin masih ada keperluan lain yang juga penting. Selain itu, selisih uang yang ada bisa juga dipakai untuk bisnis atau investasi. Siapa tahu hasilnya bisa menutupi premi bulan berikutnya. Biasanya orang mengambil term life dengan tujuan agar bisa berinvestasi sendiri. Bagaimana mau investasi, kalau belum apa-apa uangnya sudah diambil oleh asuransi.

3.  Beberapa produk term life mensyaratkan tes kesehatan saat perpanjangan sehingga jika kesehatan anda menurun, perpanjangan asuransi anda belum tentu diterima. Oleh karena itu, kalau anda mengambil term life, cari yang ada garansi perpanjangannya.

4.  Kalau ditambah rider, seperti kecelakaan dan sakit kritis, belum tentu ridernya tersedia. Selain itu, belum tentu tarif ridernya murah juga.

5.  Bagi yang peduli dg nilai-nilai syariah: term life umumnya bukan produk syariah. Memang sudah ada yang syariah, tapi silakan cek preminya.


 

Kelebihan Unit Link Tapro Allisya

Unit link Tapro Allisya mengenakan premi 355 ribu per bulan untuk mendapat UP jiwa 1 miliar, tanpa rider apa pun. Manfaat ini berlaku untuk pria usia 30 tahun, tidak merokok, dan pekerjaannya dalam ruangan.

Silakan anda survai, adakah produk term life yang bisa memberikan premi seperti ini untuk UP 1 miliar? Jika dihitung per tahun, memang ada yang lebih murah. Tapi ini per bulan.

 
Kelebihannya:

  1. Preminya flat, tidak naik sampai kapan pun. Malah anda berkesempatan mendapatkan masa bayar lebih pendek (10 tahun) jika hasil investasi sesuai ilustrasi dengan asumsi tertinggi.
  2. Cara bayar bulanan cocok untuk orang yang keuangannya terbatas atau mereka yang merencanakan keuangan dengan periode bulanan (karena gajinya juga bulanan).
  3. Masa bayar bisa lebih pendek untuk masa proteksi yang lebih panjang.
  4. Tidak usah memikirkan perpanjangan. Masa berlaku proteksi sampai 70 tahun (UP 1 miliar), dan masih ada sisa UP 340 juta sampai usia 99 tahun.
  5. Tidak usah medical check up (untuk UP 1 miliar ke bawah)
  6. Kalau mau ditambah rider, tersedia bermacam rider yang bagus dan lebih murah.
  7. Maslahat meninggal akan lebih besar dari 1 miliar karena ditambah hasil investasi. Dengan begini, UP jiwa anda tidak usah diupgrade, karena sudah ada tambahannya dari hasil investasi. Anda juga, kalau mau dan butuh banget uang, bisa mengambil sebagian hasil investasi itu selagi masih hidup.
  8. Produk sudah sesuai syariah, baik dari segi akad maupun penyaluran dana investasi.



Estri Heni
0817 028 4743
2a0897cb
henibisnis@gmail.com

Jumat, 06 September 2013

5 Fakta: Tidak Semua Orang Memerlukan Asuransi




Asuransi, bagi sebagian orang Asuransi merupakan sebuah rekening yang sangat membantu, bagi sebagian lainnya dirasa tidak penting, bahkan dijauhi. Benarkan demikian..?

Kabar baiknya, Memang tidak semua orang memerlukan Asuransi. Lho kok bisa..?  Bisa sekali.




Anda termasuk orang yang tidak memerlukan Asuransi lagi asalkan: 

 
1. Sudah mempunyai dana yang cukup kalau sampai Anda, Istri dan buah hati Anda Jatuh sakit. 

 
Kalau Anda termasuk orang yang berdisiplin menyisihkan dana untuk keadaan tidak terduga, seperti sakit dan membutuhkan biaya yang cukup banyak, maka Anda tidak perlu punya asuransi lagi. Karena Anda sudah mempersiapkan sejak awal. Jika Anda dalam kondisi seperti ini, maka tidak perlu punya asuransi, kalau sakit tinggal habisin aja uang yang sudah dikumpul. Paling yang disesalin nantinya adalah coba punya asuransi, kan gak usah bayar sendiri, udah dibayari ama perusahaan asuransi.

2. Sudah mempunyai Dana yang cukup untuk Istri dan Anak (baca : keluarga) kalau sampai Meninggal terlalu cepat. 

 
Nah, kalau Anda sudah memiliki uang yang cukup untuk membiayai keperluan biaya rutin rumah tangga (biaya kebutuhan hidup, listrik, PAM, dll) , biaya pendidikan anak, biasanya orang seperti ini sudah tidak punya cicilan. Maka dengan kondisi seperti ini , Anda tidak perlu punya asuransi.

3. Sudah mempunyai Dana yang cukup untuk biaya Anak sekolah sampai lulus. 

 
Kalau Anda sudah merancang pendidikan masa depan anak Anda dan sudah menyiapkan dananya juga sesuai dengan perhitungan biaya real yang dibutuhkan, dan meskipun terjadi Suatu resiko yang menimpa Anda, namun Dana Pendididkan tersebut tetap ada, maka Anda tidak perlu punya asuransi untuk pendidikan anak.

4. Sudah Sakit-sakitan. 

 
Ya, ketika Anda sudah sakit-sakitan seperti Anda sudah menderita sakit jantung, diabetes, atau ada suatu penyakit pada organ tertentu, maka Anda sudah tidak butuh Asuransi lagi. Karena Perusahaan Asuransi tentunya akan menolak pengajuan Asuransi Anda. Nah, mumpung masih sehat maka tak ada salahnya memiliki Asuransi. Karena kalau Anda sudah sakit-sakitan, perusahaan Asuransi otomatis akan menolak pengajuan asuransi Anda.

5. Usia Anda sudah diatas 65 tahun. 

 
Ya, karena Faktor usia tersebut, Anda biasanya akan ditolak ketika mengajukan Asuransi. Karena biasanya sebuah Perusahaan Asuransi akan menerima nasabah dengan usia dibawah 60 tahun.
Jadi, mumpung masih muda dan sehat, segera miliki rekening Asuransinya.




Jadi sudah tahu kan, bahwa tidak semua orang memerlukan Asuransi. 
Kalau Anda sendiri kira-kira termasuk yang mana..? 
 
 

Dan ketika Anda termasuk orang yang mendambakan bisa hidup sejahtera dihari tua dan ingin menyekolahkan buah hati Anda sampai jenjang tingkat tinggi, namun tidak tahu bagaimana mempersiapkannya. 

Diskusikan rencana keuangan Anda dan keluarga di masa depan dengan Financial Consultant Allianz Syariah berlisensi, yang akan membantu Anda sesuai kebutuhan dan kemampuan finansial Anda. 



Estri Heni
0817 028 4743
2a0897cb
henibisnis@gmail.com

Kamis, 29 Agustus 2013

4 Kesalahan dalam Mengatur Keuangan


Semua orang pasti pernah mengalami masalah keuangan. Entah itu karena sesuatu hal yang merupakan kesalahan Anda sendiri (seperti terlalu banyak menggunakan kartu kredit untuk berbelanja), maupun akibat kondisi yang datang tiba-tiba dan mendesak sifatnya. Contohnya, Anda mengidap suatu penyakit yang biaya perawatannya benar-benar menguras tabungan Anda.
Namun pada umumnya, setiap orang bisa saja mengalami masalah keuangan akibat kesalahan dalam pengelolaannya. Meski begitu, tidak ada kata terlambat kok, jika Anda ingin memperbaikinya.

Berikut hal-hal mendasar yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam mengatur keuangan:
1. Merasa tak punya waktu untuk mengelolanya
Banyak dari kita yang sering mengeluh tidak punya waktu. Tetapi dari 24 jam dalam sehari yang Anda miliki, benarkah Anda betul-betul tak memiliki waktu? Tentu saja sebenarnya Anda mempunyai waktu; Anda hanya tidak memberikan prioritas untuk menjadwalkan pengelolaan keuangan. Kalau sepulang dari kantor Anda sudah merasa begitu lelah, cobalah menjadwalkan pengelolaan uang ini pada Sabtu pagi. Dari membayar tagihan-tagihan, mencatat berbagai pengeluaran selama seminggu, atau memelajari program-program investasi yang ditawarkan bank. Selalu ingat, semakin Anda menunda pekerjaan ini, semakin sulit Anda menjadikan pembukuan keuangan sebagai kebiasaan Anda.

2. Tidak melakukan perencanaan keuangan
Kata merencanakan keuangan, atau mencatat pengeluaran, sering membuat orang mundur. Memangnya penting ya, mencatat setiap receh yang Anda keluarkan, atau membatasi setiap pengeluaran meskipun itu hanya membeli kopi dan sepotong donat? Mungkin memang tak perlu sejelimet itu. Namun ada cara yang lebih praktis untuk melacak kemana perginya uang Anda. Salah satunya, dengan menggunakan satu amplop selama seminggu atau sebulan, seperti saat Anda mendapat uang saku mingguan dari orangtua Anda.
"Cara itu masih pantas dilakukan untuk mengetahui berapa yang Anda habiskan dalam seminggu atau sebulan, dan ini bisa diterapkan untuk seluruh anggota keluarga, dari Anda, suami Anda, anak-anak," kata Peter Sander,  penulis buku The Pocket Idiot's Guide to Living on a Budget.
Terserah bagaimana Anda menggunakan uang tersebut, apakah untuk membeli pulsa, makan siang di kantor atau di luar kantor, atau hanya untuk transportasi. Kemudian, siapkan pula amplop untuk jajanan di luar kebutuhan tersebut, seperti membeli kopi, cemilan, majalah, atau apapun. Syaratnya, batasi pengeluaran Anda sebanyak uang yang terdapat di dalam amplop. Jangan menambahkan uang ke dalam amplop, seolah-olah amplop tersebut adalah ponsel yang pulsanya harus diisi ulang.
3. Terlalu banyak -atau terlalu sedikit- utang
Siapa bilang utang itu selalu berakibat negatif? Utang tidak akan menghancurkan hidup Anda jika Anda bisa memanfaatkannya untuk kehidupan Anda selanjutnya. Dengan utang, Anda bisa melanjutkan sekolah, bisa membeli apartemen yang kemudian Anda sewakan (sehingga pembayaran sewa bisa Anda gunakan untuk membayar cicilannya), bahkan bisa menyediakan modal usaha untuk Anda. Takut berutang kadang-kadang bisa membuat Anda kehilangan kesempatan; namun terlalu banyak berutang -apalagi jika utang tersebut melebihi kemampuan Anda untuk membayar cicilannya- bisa mengakibatkan kekacauan dalam kondisi keuangan Anda.
4. Bergantung pada asuransi
Anda menyadari bahwa saat ini orang Indonesia sudah mulai "insurance minded". Anda lega karena sudah membeli sebuah produk asuransi jiwa sejak 10 tahun lalu, yang preminya masih harus Anda bayarkan selama 20 tahun ke depan. Anda tidak ingin membeli produk asuransi ataupun investasi lainnya, karena merasa tanggung jawab Anda untuk menyediakan suatu bentuk pengamanan terhadap hidup Anda telah dilakukan. Sayangnya, Anda lupa mempertimbangkan, inflasi bisa menyebabkan pembayaran manfaat asuransi 20 tahun mendatang mungkin sudah tidak terlalu besar nilainya. Apalagi jika Anda memilih produk asuransi dengan nilai premi terendah.


Kompas.com : Sherly Lunardi

Kamis, 15 Agustus 2013

Strategi Siapkan Dana Pendidikan




Banyak rekan bertanya kepada saya tentang asuransi pendidikan. Mereka ingin asuransi yang memberikan sejumlah uang ketika anaknya masuk sekolah (TK, SD, SMP, SMA, PT). Dasar alasannya saya kagumi, yaitu bahwa mereka lebih mementingkan anak daripada diri mereka sendiri.

Tapi sebenarnya ada yang lebih penting ketimbang persiapan dana pendidikan anak, yaitu proteksi jiwa dan kesehatan untuk orangtua. Dasar pemikirannya begini: sepanjang orangtua sehat dan selamat dan masih hidup, dana pendidikan anak bisa diperoleh dengan cara lain dan dari mana saja asalkan berusaha. Tapi jika orangtua tidak sehat atau tidak selamat, bisa-bisa dana pendidikan yang telah dipersiapkan pun akan terpakai untuk biaya berobat orangtua.

Dengan kata lain, ungkapan kasih sayang kepada anak justru lebih tepat disalurkan lewat asuransi jiwa. Dengan asuransi jiwa, orangtua memikirkan kepentingan anak bukan hanya ketika ia sehat dan selamat dan hidup, tapi juga jika ia tak berdaya dan bahkan jika ia terlalu cepat menghadap Sang Pencipta.

Intinya:   proteksi harus didahulukan daripada investasi.

 Inilah alur perencanaan keuangan yang benar.

Namun tidak mudah memberikan pengertian ini kepada para orangtua yang “sangat peduli anak” itu. Belum lagi jika mereka meminta asuransinya atas nama anak. Maka ini kekeliruan lain lagi yang kadarnya lebih besar. Setiap asuransi pendidikan pada hakikatnya adalah asuransi jiwa, hanya ada nilai tunainya, sedangkan anak tidak butuh asuransi jiwa karena dia belum memiliki risiko finansial. Orangtua atau kerabat lain tidak akan disusahkan keuangannya jika anak meninggal dunia. Selain itu peluang meninggalnya anak sangat kecil. Jadi tidak usahlah dia dibelikan asuransi jiwa. Yang butuh asuransi jiwa adalah orangtua (ayah atau ibu jika bekerja), karena risiko meninggalnya orangtua dapat mengakibatkan kesulitan keuangan pada keluarga yang ditinggalkan.

Siapa Saja Yang Perlu Proteksi Asuransi Jiwa?




Selama pencarian saya terhadap asuransi jiwa yang tepat, saya belajar banyak hal dan menemukan informasi dari para Penasehat Keuangan terkenal, bahwa : hanya pencari nafkah utama yang wajib memiliki proteksi Asuransi Jiwa. Pertimbangannya adalah: ekonomi keluarga akan terganggu apabila terjadi resiko pada pencari nafkah utama. Sedangkan anak kecil, remaja, lajang yang bekerja, dan orang tua yang memasuki masa pensiun tidak perlu asuransi jiwa.

Apabila mengacu secara definisi “asuransi jiwa diperlukan untuk melindungi perekonomian keluarga yang terganggu”, pertimbangannya tentu akan berbeda apabila terjadi kasus seperti di bawah ini.

Contoh: 

Punya polis Asuransi Jiwa, buat apa sih?





1. Melindungi keluarga dari kehilangan penghasilan jika pencari nafkah utama meninggal dunia. (Ingat, malaikat Izrail tidak pernah menghitung usiamu).

Ini fungsi pokok dari asuransi jiwa. Selama kita punya tanggungan nafkah (pasangan, anak-anak), selama itu pula kita masih butuh asuransi jiwa.
Agar asuransi jiwa mampu memainkan fungsinya sebagai ganti penghasilan, maka uang pertanggungan (UP) jiwa harus cukup besar untuk memberikan bunga/retur sebesar gaji per bulan jika didiamkan di deposito, obligasi/sukuk, atau reksadana pendapatan tetap.

2. Melindungi keluarga dari beban utang.

Mungkin rumah yang kita tempati, kendaraan yang kita pakai, barang-barang yang kita miliki, dan lain-lain, sebagian atau seluruhnya diambil dari utang. Utang adalah warisan terburuk yang mungkin diberikan seorang suami dan ayah. Utang bukan hanya membebani keluarga yang ditinggalkan, tapi juga orang yang mewariskannya, sebab di akhirat pun utang tidak akan dianggap lunas begitu saja.
Agar asuransi jiwa berperan membebaskan keluarga dari utang, maka UP jiwa minimal harus sama besar dengan utang yang dimiliki keluarga itu.

3. Memberikan sejumlah warisan yang berharga untuk anak-anak.

Para perencana keuangan kerap menyarankan batas masa kontrak asuransi jiwa hanya sampai tahap ketika anak-anak sudah mandiri atau sampai utang terlunasi. Mungkin ini yang wajibnya.

MILIKI ASURANSI BERDASARKAN PRIORITASNYA !





Prioritas asuransi diukur dari dampaknya pada keuangan kita, bukan dari frekuensi kejadiannya. Ada yang kejadiannya sering, misalnya pilek atau batuk biasa, tapi karena dampak keuangannya kecil, tanpa asuransi pun tak masalah. Tapi ada peristiwa yang kejadiannya mungkin hanya sekali, namun bekas yang ditinggalkannya tak terhapuskan seumur hidup, baik dari segi fisik maupun keuangan.
Jika akibat dari satu kejadian itu membuat seseorang langsung jatuh dalam kemiskinan, aset-aset terjual atau tergadai, terjerat dalam belitan utang, sumber penghasilan terputus, hingga keluarga terbenam dalam kesedihan dan kehinaan, maka risiko itulah yang harus kita prioritaskan untuk diasuransikan.
Ketika kita memutuskan untuk berasuransi, berpikirlah – walau sejenak saja – untuk risiko-risiko yang paling buruk. Yaitu risiko-risiko yang butuh biaya sangat besar.

Apa saja?
Berdasarkan dampak keuangannya dan preminya, setidaknya ada 4 jenis proteksi yang merupakan prioritas untuk dimiliki, yaitu asuransi yang menanggung risiko meninggal dunia, rawat inap, penyakit kritis, dan cacat. Jika anda telah memiliki empat proteksi ini, silakan mau nambah asuransi lain juga (rumah, mobil, rawat jalan, rawat gigi, persalinan, dll), kalau memang ada dananya.


Asuransi Meninggal Dunia

Asuransi yang menanggung risiko meninggal dunia menjadi prioritas pertama karena: selama masih hidup, akan selalu ada harapan. Tapi jika sudah dijemput maut, tak ada lagi yang bisa dikatakan.
Asuransi jiwa wajib bagi pencari nafkah dalam keluarga, biasanya ayah, dan juga ibu jika bekerja. Jika dana yang tersedia terbatas, inilah yang harus dibeli terlebih dahulu.
Kematian seorang ayah atau ibu berdampak pada putusnya sumber penghasilan karena tidak ada lagi orang yang mencarikan nafkah untuk keluarga. Kesedihan paling besar dialami oleh si anak. Terkadang dia harus dipelihara di rumah saudara atau bahkan dititipkan di panti asuhan. Tentunya kita tidak mau anak kita merepotkan orang lain, bukan?

Asuransi Kesehatan Rawat Inap

Setelah proteksi dasar terpenuhi, prioritas berikutnya adalah asuransi kesehatan rawat inap untuk seluruh anggota keluarga. Produk asuransi kesehatan ada yang dipasangi rider (proteksi tambahan) rawat jalan, rawat gigi, atau persalinan. Tapi yang prioritas hanyalah rawat inap. Yang lainnya terlalu mahal untuk dibeli, sementara manfaatnya tak seberapa, dan tanpa asuransi pun masih bisa ditanggulangi.

Asuransi kesehatan rawat inap memberikan penggantian biaya pengobatan sesuai yang dijanjikan dalam polis jika peserta mengalami rawat inap di klinik atau rumah sakit. Biaya pengobatan penyakit yang memerlukan rawat inap sangat bervariasi tergantung penyakitnya, tapi pada umumnya cukup memberatkan jika harus ditanggung sendiri.

Saat ini sebagian besar orang telah memiliki askes rawat inap. Mereka yang bekerja di sektor formal (PNS, Polri, TNI, dan karyawan swasta), boleh dikata semuanya telah memiliki askes. Sedangkan untuk masyarakat secara umum, khususnya kalangan menengah-bawah, pemerintah telah menyediakan berbagai jaminan kesehatan melalui program semacam Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat), Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah), Jamkesos (Jaminan Kesehatan Sosial), Jampersal (Jaminan Persalinan), KJS (Kartu Jakarta Sehat), hingga BPJS (Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial).
Oleh karena itu, jika anda beruntung termasuk pemilik askes (apa pun jenis dan namanya), anda dapat melewatkan bagian ini dan melanjutkan ke prioritas asuransi berikutnya.

Asuransi Penyakit Kritis

Dari segi dampak keuangan, penyakit kritis dapat menimbulkan dampak yang lebih besar ketimbang kematian. Apalagi jika penyakit kritis tersebut berlangsung berkepanjangan atau tidak tersembuhkan, yang repot bukan hanya penderita, tapi juga keluarga, para kerabat, hingga teman-temannya. Contohnya, orang yang terkena stroke, jika tidak sembuh, dia jadi lumpuh dan tidak bisa bekerja seperti sebelumnya. Tapi dia harus tetap berobat sementara biaya hidup tak bisa ditunda pemenuhannya.

Sayangnya banyak yang belum menyadari pentingnya proteksi penyakit kritis. Mereka merasa asuransi kesehatan saja sudah cukup. Mungkin jika askesnya berkategori premium, biaya ratusan juta hingga miliaran bisa ditanggung, tapi askes premium harganya tak akan terjangkau oleh kebanyakan orang. Dan sebagus-bagusnya askes, tak ada yang memberikan uang tunai untuk nasabahnya. Padahal orang yang terkena penyakit kritis, dia bukan hanya butuh penggantian biaya pengobatan, tapi juga sejumlah uang untuk biaya hidup dan lain-lainnya.

Proteksi penyakit kritis tidak dimaksudkan untuk menggantikan asuransi kesehatan. Proteksi penyakit kritis menambal apa yang tidak dapat diberikan askes, yaitu uang tunai dalam jumlah besar (ratusan juta hingga miliaran rupiah).


Asuransi Cacat (Sebagian maupun Total, karena Sakit ataupun Kecelakaan)

Cacat bisa disebabkan kecelakaan ataupun penyakit. Dalam hal cacat tetap total, kejadian ini sama akibatnya dengan meninggal dunia dan beberapa jenis penyakit kritis, yaitu putusnya penghasilan karena tidak mampu lagi bekerja.

Di sini, tersedia dua proteksi yang penting, yaitu ADDB (Accident Death and Disability Benefit) dan TPD (Total Permanent Disability). ADDB menanggung risiko cacat (sebagian maupun total) akibat kecelakaan, sedangkan TPD menanggung risiko cacat total akibat sakit maupun kecelakaan.



Jangan buang waktu Anda untuk terus mencari.  Apabila Anda setuju dengan artikel ini, artinya Anda harus segera ambil TAPRO Allisya, karena semuanya ada disini.

Yuk hubungi saya untuk mendapatkan penawaran solusi terbaik sesuai kebutuhan dan kemampuan financial Anda.





Estri Heni

0817 028 4743

2a0897cb

henibisnis@gmail.com